REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Sa’ad Abdul Wahid
Tujuan diturunkannya syari’ah samawiyah adalah untuk membangun manusia seutuhnya, baik akidah, ibadah maupun muamalahnya. Akidah merupakan keyakinan yang tidak pernah mengalami perubahan. Ketauhidan terhadap Allah SwT, baik Uluhiyah maupun Rububiyah sejak Rasul yang pertama hingga terakhir tetap terus diajarkan. Demikian pula keimanan terhadap Hari Akhir, Malaikat, al-Kitab dan para Nabi. Dalam Al-Qur’an Allah menegaskan:
“Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (Al-Anbiya’ [21]: 25).
Dalam surat Al-Ikhlas Allah berfirman:
“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada anak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. (Al-Ikhlas [112]: 1-4).
Adapun mengenai ibadat dan muamalat, mengikuti asas-asas yang bersifat umum, yang mengarah kepada pendidikan jiwa dan pemeliharaan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat yang diikat dengan ikatan tolong menolong dan persaudaraan.
Hanya saja keadaan dan adat kebiasaan setiap umat berbeda dengan umat lainnya, dan kadang-kadang suatu peraturan cocok dengan suatu kaum, tetapi tidak cocok dengan kaum lainnya, dan kadang-kadang cocok dengan suatu waktu, tetapi tidak cocok dengan waktu berikutnya. Tidak diragukan lagi bahwa Allah SwT sebagai Pencipta syari’ah samawiyah itu berhak mewajibkan mengerjakan sesuatu dan berhak pula membatalkannya, sebab tujuan penciptaan syari’ah samawiyah adalah sebagai rahmat dan kemaslahatan bagi seluruh umat.
Untuk itulah Allah menurunkan Al-Qur’an tidak secara sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit, sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada waktu itu, dan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga sy.ari’at yang diciptakan Allah itu benar-benar dapat diterapkan dengan baik dan teratur, sesuai dengan tujuannya.
Maka di antara ayat-ayat Al-Qur’an ada yang diturunkan lebih awal dan ada pula yang diturunkan lebih akhir, ada yang dinamakan Makkiyyah dan ada pula yang dinamakan Madaniyyah. Untuk mempermudah mengetahui mana ayat yang nasikh atau ayat yang mansukh, maka kita harus mengetahui mana ayat Makkiyyah dan mana ayat Madaniyyah, sehingga kita dapat dengan mudah mengetahui ayat yang lebih awal diturunkan dan ayat yang lebih akhir diturunkan.