Jumat 14 Oct 2022 16:05 WIB

Rumah Rusak Akibat Pergerakan Tanah di Tasikmalaya Diminta Dikosongkan

Tim Penyelidik PVMBG sudah melakukan pemeriksaan ke lokasi terdampak pergerakan tanah

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nur Aini
Seorang warga menunjukan rumah yang rusak dan dikosongkan penghuninya akibat pergerakan tanah di Kampung Cigorowong, Setiawargi, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (23/2/2021). Sedikitnya lima rumah warga rusak akibat pergerakan tanah dan mengancam 20 rumah lainnya.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Seorang warga menunjukan rumah yang rusak dan dikosongkan penghuninya akibat pergerakan tanah di Kampung Cigorowong, Setiawargi, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (23/2/2021). Sedikitnya lima rumah warga rusak akibat pergerakan tanah dan mengancam 20 rumah lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah melakukan pemeriksaan di lokasi pergerakan tanah Desa Parakanhonje, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, rumah warga yang rusak akibat bencana itu diminta tak ditempati untuk sementara waktu.

"Sementara, rumah-rumah rusak di sana sementara tak usah ditempati dulu. Karena ada struktur bangunan ada yang terkena," kata Penyelidik Geologi dari PVMBG, Noki Rahmadi, saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga

Tim Penyelidik PVMBG disebut sudah melakukan pemeriksaan ke lokasi terdampak pergerakan tanah itu pada Rabu (12/10/2022). Dari hasil pemeriksaan sementara, penyebab pergerakan tanah di Desa Parakanhonje secara umum diakibatkan oleh aliran air, kemiringan lereng, dan litologi penyusun batuan.

Noki menjelaskan, faktor air tentu memicu terjadinya pergerakan tanah. Apalagi, saat ini di wilayah Desa Parakanhonje masih sering terjadi hujan. Ditambah, lokasi Desa Parakanhonje berada lerang yang memiliki kemiringan dalam kategori agak curam sampai curam.

Sementara litologi batuan di wilayah itu memiliki dasar batu gamping klastik dengan struktur berlapis. Di atas batu gamping klastik itu terdapat pelapukan batuan yang ketebalannya mencapai 1 meter.

"Penyebab utama pergerakan tanah ini adalah aliran air. Di sana kan tidak ada drainase, jadi air permukaan terserap ke batu yang lapuk. Ketika batuan pelapukan itu berkontak dengan batuan dasarnya, jadi tergelincir. Tanah pelapukan ini bergerak ke lembah lereng untuk mencari kestabilan," kata dia.

Noki mengatakan, pihaknya masih belum dapat memberikan kesimpulan secara detail. Tim penyelidik geologi masih akan mengolah data yang didapat di lapangan untuk dijadikan kesimpulan akhir.

"Nanti kalau sudah ada, kami sampaikan kepada BPBD Kabupaten Tasikmalaya untuk menentukan langkah selanjutnya," kata dia.

Ihwal kelayakan lokasi di Desa Parakanhonje untuk dijadikan tempat tinggal, Noki mengatakan, idealnya daerah gerakan tanah itu bukan tempat yang baik untuk hunian. Ketika warga memiliki pilihan lain, pindah dari lokasi itu merupakan solusi yang tepat. Namun, proses untuk merelokasi warga berjumlah puluhan kepala keluarga (KK) merupakan masalah yang kompleks.

"Kalaupun tetap di sana, imbauan warga harus tetap wasapda. Nanti teknis lengkapnya nanti ada laporan formalnya di laporan resmi," ujar dia.

Sebelumnya, puluhan kepala keluarga (KK) di Desa Parakanhonje, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, masih terus diliputi rasa khawatir dengan kondisi rumah mereka. Bencana pergerakan tanah yang pada akhir September lalu masih berpotensi kembali terjadi.

Kepala Desa Parakanhonje, Abdulloh, mengatakan, puluhan warga yang terdampak masih belum bisa tenang. Apalagi, kondisi cuaca di wilayah itu disebut sering hujan dalam beberapa hari terakhir. Warga khawatir pergerakan tanah makin menjadi-jadi dan merusak rumah mereka.

"Kondisi warga cemas. Soalnya pergerakannya terus terjadi sedikit-sedikit," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (13/10/2022).

Abdulloh mengatakan, beberapa hari ke belakang, warga yang rumahnya terdampak juga harus mengungsi sementara waktu di madrasah desa. Pasalnya, ketika itu terjadi hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu yang lama. Namun, ketika hujan reda, warga memilih kembali ke rumahnya masing-masing.

Peristiwa yang membuat warga Desa Parakanhonje tak tenang adalah kejadian pergerakan tanah pada Ahad (25/9/2022) dan Senin (26/9/2022). Akibat kejadian itu, sebanyak 35 rumah mengalami kerusakan. Dua unit rumah di antaranya telah tak bisa lagi karena mengalami rusak berat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement