Jumat 14 Oct 2022 16:33 WIB

Hari Telur Sedunia, NFA Gencarkan Konsumsi Telur untuk Cegah Stunting

Telur merupakan salah satu komoditas strategis penting untuk menjaga asupan gizi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi telur
Ilustrasi telur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan gizi masyarakat dan pencegahan stunting dapat dilakukan melalui gerakan konsumsi telur sebagai salah satu komoditas pangan sumber protein hewani yang mudah didapat dan relatif murah. Gerakan konsumsi telur juga menjadi upaya penguatan sektor perunggasan nasional melalui peningkatan serapan dan konsumsi hasil peternak lokal.

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, telur merupakan salah satu komoditas trategis yang penting untuk menjaga asupan gizi dan pencegahan stunting. Pada momen Hari Telur Sedunia yang diperingati setiap 14 Oktober, pun diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan protein dari telur.

Baca Juga

“Konsumsi telur kita masih sebesar 7,5 kg per kapita per tahun. Jika dibandingkan negara lain, konsumsi telur per kapita Indonesia masuk urutan ke-15 dunia. Tentu upaya peningkatan konsumsi telur perlu terus dilakukan melalui gerakan makan telur seperti hari ini,” kata Arief dalam pernyataan resminya, Jumat (14/10/2022).

Arief mengapresiasi pencanangan Gerakan Makan Telur untuk peingkatan gizi dan pencegahan stunting yang telah dilakukan sejumlah pemerintah daerah kota/kabupaten dan provinsi di Indonesia. Ia mengatakan, gerakan makan telur bagian dari upaya menyehatkan dan meningkatkan gizi masyarakat Indonesia.

“Telur dengan segudang kandungan nutrisinya dapat menjadi asupan pangan tambahan yang efektif bagi ibu hamil, ibu menyusui dan balita, agar anak-anak Indonesia terhindar dari stunting dan mengurangi potensi kerawanan pangan dan gizi di suatu wilayah,” ungkapnya.

Arief menjelsakan, saat ini pengentasan stunting menjadi salah satu program strategis yang terus dididorong pemerintah. Berdasarkan data, angka prevalensi stunting Indonesia tahun 2021 masih sebesar 24,4 persen, sedangkan standar WHO adalah 20 persen, sehingga angka stunting di Indonesia masih tinggi.

Presiden, kata dia, telah memberikan instruksi agar di tahun 2024 angka prevalensi stunting Indonesia harus bisa di bawah 14 persen. Arief menegaskan, pencegahan kerawanan pangan dan gizi, termasuk di dalamnya pencegahan stunting, juga merupakan bagian dari tugas dan fungsi Badan Pangan Nasional sesuai amanat Perpres 66 Tahun 2021.

Lebih lanjut, menurut Arief, selain untuk pemenuhan gizi masyarakat dan menurunkan prevelensi stunting, gerakan ini dapat berdampak positif bagi penguatan sektor perunggasan nasional dan daerah karena meningkatkan serapan dan konsumsi telur peternak layer lokal.

“Gerakan makan telur ini juga menjadi langkah yang baik untuk stabilisasi pasokan dan harga. Dengan rutin mengonsumsi telur, kita turut berperan menjaga kesejahteraan peternak dan berpartisipasi dalam stabilitas tata kelola pangan nasional," ungkap Arief.

Sementara itu Bupati Kabupaten Blitar, sebagai daerah sentra produksi telur nasional, Rini Syarifah berkomitmen untuk terus mengkampanyekan makan telur khususnya bagi anak usia dini, hal tersebut sebagai upaya pembentukan SDM yang unggul dan berkualitas.

Ia menjelasakan, kontribusi Kabupaten Blitar bagi suplai telur nasional sangat signifikan. Sebanyak 30 persen kebutuhan telur nasional juga dipasok dari Blitar.

Kabupaten Blitar memiliki populasi ayam ras petelur sebanyak 15 juta ekor dalam rentang Januari sampai dengan September 2022. Jumlah tersebut menghasilkan 447 ton telur per hari.

Ketua PPRN Rofi Yasifun menyampaikan, gerakan makan telur menjadi bentuk kontribusi para peternak bagi negeri. “Ini menjadi semangat kami untuk berkontribusi dan berjalan bersam-sama menyukseskan program pemerintah,” ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement