Pelayanan Prima (2)
Red: Fernan Rahadi
Perusahaan dengan lingkungan kerja yang sehat (ilustrasi). | Foto: www.freepik.com
Oleh : Erik Hadi Saputra*
REPUBLIKA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, cara lain untuk melihat pelayanan prima adalah ketulusan Anda dalam menerima tamu yang berkunjung. Bagi sebagian orang, menerima kunjungan tamu tentu akan merepotkan. Apalagi ketika orang sedang melakukan pekerjaan mereka dan memiliki target untuk diselesaikan. Kedatangan tamu akan membuat mereka menghentikan dahulu pekerjaannya dan fokus untuk memberikan informasi yang dibutuhkan tentang perusahaan atua instansi mereka.
Ketika perusahaan Anda memiliki reputasi sangat baik, maka jangan heran jika Anda akan mendapatkan banyak permintaan untuk orang belajar. Berbagi informasi bahkan membandingkan apa yang sudah Anda lakukan dengan yang mereka lakukan.
Orang selalu membutuhkan ide baru dan fresh untuk berbenah lebih baik. Masukan dari kunjungan luar dapat memberikan semangat baru dalam aktivitas mereka. Ide bisa muncul lewat perbincangan dalam perjalanan. Keberanian melangkah bisa menjadi kuat ketika sudah ada contoh orang atau instansi yang berani melakukan sesuatu yang baru menembus batas limit orang lain. Semula berpikir tidak akan bisa, namun ketika melihat ada yang berhasil maka ingin juga melakukan dan menjadi pelopor awal inovasi (sesuatu yang baru) tadi.
Pembaca yang kreatif, marilah melihat ke dalam apa yang sudah dilakukan instansi/perusahaan Anda. Apakah Anda melihat banyak kunjungan tamu dari berbagai wilayah di Indonesia datang ke tempat Anda? Mungkin tidak hanya Indonesia, namun juga dari luar negeri.
Jika banyak, itu menandakan instansi Anda sudah menjadi rujukan untuk orang belajar. Menjadi role model agar yang lain bisa melakukan hal yang sama. Tidak bisa dipungkiri ketika instansi Anda telah melakukan banyak terobosan baru dan menguat di pikiran orang lain. Maka mereka akan segera menjadwalkan untuk melakukan lawatan kerja ke instansi Anda.
Pembaca yang kreatif, tentu Anda tidak perlu pusing dengan itu semua. Anda tinggal menyiapkan tim dan menjamu tamu ketika Anda memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Satu pimpinan instansi yang saya kenal baik, menyatakan kesediaannya menerima relasi saya yang ingin berkunjung. Kebetulan titipan pesan itu disampaikan lewat saya. Jadilah saya sebagai fasilitator kunjungan. Mereka bersedia menerima kunjungan namun di sisi lain mereka tidak mempunyai kemampuan dalam menyuguh tamu.
Mereka memberikan daftar paket kunjungan yang sebenarnya anggaran itu kembalikan lagi kepada tamu yang berkunjung dalam bentuk makanan ringan (snack) dan minuman. Begitu juga dengan tetangga saya yang kebetulan berada di Biro Humas salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.
Mereka sudah memiliki standar untuk mengarahkan tamu masuk ke satu lokasi objek kunjungan seperti museum. Tamu akan mendapatkan banyak wawasan di area itu. Tamu tetap akan senang akan kunjungan tersebut. Tarif rendah yang tidak seberapa tidak menjadi masalah dengan banyaknya informasi dan inspirasi yang didapatkan.
Pembaca yang kreatif, mari siapkanlah tim Anda. Berikan mereka bekal bagaimana kemampuan dalam berkomunikasi, bersikap, dan hospitality. Karena setiap tamu memilki gaya komunikasi berbeda. Ada yang terlalu berterus terang dengan yang dilihatnya, ada yang bangga berbicara bahkan meninggikan intonasi nadanya.
Di sekitarannya banyak teman akrab yang melihatnya ketika berbicara. Tentu ada yang memperhatikan serius, menganalisa informasi ketika ingin bertanya. Namun ada juga yang diam, senyum, damai mendengarkan presentasi Anda, sambil menikmati jajanan pasar dan teh hangat yang dihidangkan. Sehat dan teruslah terinspirasi.