Kualitas Garam Pamekasan Dinilai Membaik Berkat Teknologi Geomembran
Red: Muhammad Fakhruddin
Kualitas Garam Pamekasan Dinilai Membaik Berkat Teknologi Geomembran (ilustrasi). | Foto: Antara/Saiful Bahri
REPUBLIKA.CO.ID,PAMEKASAN -- Kualitas produksi garam rakyat di Pamekasan, Jawa Timur pada musim produksi garam tahun ini kian meningkat, berkat penggunaan teknologi geomembran.
"Berdasarkan laporan dari hasil pemantauan dinas terkait, saat ini harga jual garam jauh lebih tinggi, karena kualitasnya bagus," kata Wakil Bupati Pamekasan Fattah Jasin di Pamekasan, Jawa Timur, Jumat.
Harga garam produksi di tingkat produsen kini antara Rp1,5 juta hingga Rp1,6 juta per ton, jauh lebih mahal dibandingkan harga yang berlaku pada musim produksi garam tahun 2021. Kala itu, harga garam rakyat antara Rp7.00 ribu per ton hingga Rp1 juta per ton.
Fattah menuturkan, sejak 2018 Pemkab Pamekasan telah melakukan pendampingan kepada para petambak garam di Pamekasan agar menggunakan teknologi geomembran.
Teknologi geomembran merupakan sistem produksi garam dengan cara air laut dialirkan ke dalam kolam penampungan terlebih dahulu, lalu dilakukan penyaringan dengan menggunakan ijuk sapu, batok kelapa dan batu zeolit. Kemudian, air laut yang sudah disaring masuk ke dalam kolam penampungan yang sudah terlapisi plastik.
Ijuk sapu digunakan untuk memfilter air laut yang masuk ke dalam meja kristal, dan batok kelapa dan batu zeolit digunakan sebagai karbon aktif yaitu penghilang bau dan memberikan efek warna garam putih alami.
Setelah air laut sampai di meja kristal yang sudah terlapisi plastik, maka proses penguapan air laut jauh lebih sempurna dibandingkan cara tradisional yang tanpa menggunakan plastik atau terpal.
Selain proses penguapan jauh lebih sempurna, dengan menggunakan penadah kolam yang menggunakan plastik, garam yang dihasilkan juga jauh lebih banyak. Hasilnya dua kali lipat lebih banyak dibanding tanpa proses produksi secara tradisional.
Proses pengkristalan garam dengan menggunakan teknologi geomembran itu juga jauh lebih cepat yaitu hanya 14 hari dibandingkan cara tradisional yang butuh waktu 30 hari.
Hozaimah (62) petambak garam di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Pamekasan menuturkan, sejak menggunakan teknologi geomembran yang diajarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemkab Pamekasan hasil produksi garam rakyat di desa itu jauh lebih bagus dan lebih banyak.
"Kalau dulu, dalam sebulan hanya sekali panen, sekarang ini bisa dua kali, bahkan ada tiga kali," katanya.
Hanya saja, di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Pamekasan ini belum semua petambak menggunakan terpal plastik sebagai pelapis tambak garam, karena harga belinya mahal, yakni antara Rp25 juta hingga Rp27 juta untuk ukuran satu tambak.
"Dulu petambak garam di Desa Lembung ini banyak yang tidak mau, akan tetapi setelah melihat langsung hasilnya, mereka semuanya ingin menggunakan teknologi ini, akan tetapi yang menjadi kendala adalah modal," kata Hozaimah, Jumat (14/10/2022).
Luas lahan garam di Kabupaten Pamekasan mencapai 917,22 hektare dengan jumlah produksi mencapai 89.282 ton, tersebar di tiga kecamatan.
Masing-masing di Kecamatan Galis seluas 465,67 hektare dengan produksi garam mencapai 43.017 ton, Kecamatan Pademawu seluas 441,05 hektare dengan produksi garam mencapai 44.422 ton dan di Kecamatan Tlanakan seluas 10,5 hektare dengan jumlah produksi mencapai 1.843 ton.Dari total luasan lahan 917,22 hektare ini, produktivitasnya mencapai 97,36 ton per hektare.