REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai Motors, mengumumkan akan membangun pabrik kendaraan listrik (EV) dan juga baterai dengan nilai investasi sebesar 5,5 miliar dolar AS di Georgia, Amerika Serikat (AS). Hyundai berencana untuk memulai produksi komersial pada paruh pertama tahun 2025 dengan kapasitas tahunan 300.000 unit.
Melansir Reuters, Sabtu (15/10/2022), pembangunan pabrik itu telah memakan setengah nilai komitmen investasi yang sebelumnya disampaikan Hyundai di Amerika Serikat untuk menumbuhkan industri kendaraan listrik yaitu sebesar 10 miliar dolar AS. Komitmen investasi setara Rp 154,7 triliun itu direncanakan bisa tercapai hingga 2025.
Rencana pembangunan pabrik tersebut menariknya berlangsung di tengah posisi kontra Korea Selatan serta Uni Eropa terhadap Amerika Serikat atas kebijakan teranyar mengenai pajak kendaraan listrik di Negeri Paman Sam. Undang-undang Pengurangan Inflasi yang diresmikan pada Agustus 2022, mengharuskan kendaraan listrik yang dirakit di Amerika Utara memenuhi syarat untuk kredit pajak di Amerika Serikat.
Namun, regulasi itu mengecualikan Hyundai dan afiliasinya Kia Corp dari subsidi kendaraan listrik karena mereka belum membuat kendaraan di Amerika Serikat sama seperti produsen mobil besar Eropa lainnya. Padahal regulasi tersebut memberikan keringanan hingga 70 persen terkait kredit pajak dengan potongan hingga 7.500 dolar AS.
Di tengah kondisi tersebut, Presiden AS Joe Biden menyatakan membuka kesediaan berdiskusi dengan Korea Selatan memecahkan persoalan tersebut.
Amerika Serikat memang tengah gencar meningkatkan produksi kendaraan listrik dan memuji para perusahaan asing yang menanamkan investasi dan membangun pabrik di negaranya. Misalnya seperti saat Joe Biden mengumumkan kehadiran pabrik baterai kendaraan listrik yang dibangun oleh Honda dan LG Energy dengan nilai 4,4 miliar dolar AS di Ohio.
Imbas dari hadirnya regulasi anyar tersebut, hanya ada 20 kendaraan listrik yang memenuhi syarat subsidi pajak di antaranya dari Ford dan BMW.