REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI — Menteri Informasi Yaman Moammar Al-Eryani menyatakan, bahwa Milisi Houthi yang didukung Iran bertanggung jawab atas kematian lebih dari 18 anak yang disuntik dengan obat kemoterapi kedaluwarsa di Sanaa Yaman.
“Anak-anak yang menerima perawatan leukemia di sebuah rumah sakit di kota yang dikepung milisi disuntik dengan dosis yang disimpan di gudang Houthi beberapa bulan setelah mereka terkontaminasi,” menurut menteri dilansir dari Arab News, Sabtu (15/10).
Dalam sebuah pernyataan kepada Kantor Berita Yaman (SABA), Al-Eryani mengkonfirmasi bahwa Houthi telah mendistribusikan suntikan kemoterapi yang telah disumbangkan ke Yaman oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi lain ke rumah sakit.
Houthi kemudian menjual beberapa dosis kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya dan menyimpan dosis lain untuk jangka waktu yang lama sebelum mengirimkannya ke rumah sakit.
“Kami memperingatkan terhadap akses (milisi) Houthi yang menghalangi ke obat-obatan yang disediakan secara gratis oleh (organisasi internasional) untuk mengobati penyakit yang tidak dapat disembuhkan, termasuk kanker, dan menjualnya di pasar gelap untuk membuat keuntungan besar, dan memungkinkan perusahaan obat-obatan selundupan milik Houthi, yang memperburuk penderitaan pasien,” kata Al-Eryani di akun Twitter resminya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Pemberontak Houthi, dilansir dari Alaraby, mengatakan sepuluh anak yang menderita leukemia telah meninggal di Rumah Sakit Kuwait. Anak-anak yang meninggal adalah mereka di antara 19 pasien berusia antara tiga dan 15 tahun dengan penyakit Leukemia.
Menurut kementerian, kontaminasi bakteri telah terdeteksi dalam suntikan yang diberikan kepada anak-anak. Obat- obatan yang terkontaminasi itu diduga merupakan obat leukemia yang telah diselundupkan ke negara itu.
“Seorang anak lain berada dalam kondisi yang sangat kritis,” tambahnya.
Seorang sumber medis di Sanaa, yang menolak disebutkan namanya mengatakan bahwa obat-obatan itu memang sudah kadaluwarsa. Sumber itu bahkan memperingatkan, bahwa jumlah korban bisa saja meningkat.