Petani Kecamatan Pabelan Bentuk Badan Usaha Milik Petani

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq

Petani sayuran di Kabupaten Semarang sedang merawat tanaman budi daya di kebunnya.
Petani sayuran di Kabupaten Semarang sedang merawat tanaman budi daya di kebunnya. | Foto: Republika/Bowo Pribadi

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Tingginya biaya produksi yang selalu dihadapi, menginspirasi para petani dan peternak di Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mencari solusi atas problem yang mereka hadapi.

Para petani dan peternak dari tujuh desa di kecamatan ini lantas mendirikan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT Nyawiji Ki Semar, guna menjawab berbagai persoalan dan hambatan produksi yang masih dihadapi anggota.

Komisaris BUMP PT Nyawiji Ki Semar, Riyadi mengatakan, saat ini biaya produksi di sektor pertanian dan peternakan sangat tinggi dan acap kali membuat para petani dan peternak tidak berdaya agar tetap dapat berproduksi.

Namun saat petani/peternak akan menjual hasil panen selalu dihadapkan pada persoalan tata niaga yang tidak berpihak. Seperti harga jual yang terlalu rendah (jatuh) hingga tidak sebanding dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan.

“Ujung-ujungnya, para petani dan peternak selalu merugi,” ungkapnya, di kandang komunal Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

Ia mengatakan, para petani saat ini masih dihadapkan pada persoalan harga pupuk yang mahal serta ketersediaan yang terbatas. Hal ini selalu terjadi pada saat mereka sangat membutuhkan untuk mendukung produktivitas pertanian.

Bahkan tidak jarang harga pupuk terlalu mahal tetapi barangnya tidak ada hingga para petani kelimpungan. Belum lagi persoalan obat, pestisida, dan lainnya.

Tak jauh berbeda dengan pakan ternak. “Masalah di pertanian dan peternakan itu selalu sama, terlalu mahal saat dibutuhkan dan barangnya tidak ada,” tegasnya.

Oleh karena itu, lanjut Riyadi, para petani/peternak di tujuh desa di Kecamatan Pabelan sepakat untuk membentuk badan usaha (BUMP PT Nyawiji Ki Semar) untuk mengatasi problem yang mereka hadapi.

Dengan adanya BUMP, berbagai persoalan yang selalu dihadapi petani/peternak coba dipangkas agar proses produksi mereka tidak menghadapi kendala.

Meski badan usaha ini berbentuk PT, tetapi prinsip utamanya adalah gotong-royong untuk kemandirian. “Sehingga kami lebih fleksibel dalam berkolaborasi karena prinsip utama yang ditekankan adalah kemitraan,” jelasnya.

Sekretaris Nasional BUMP, Edi Sugeng Waluyo menambahkan, BUMP PT Nyawiji Ki Semar ini merupakan bentuk perlindungan terhadap petani dan peternak.

Bahkan pembentukan BUMP ini merupakan implementasi dari undang-undang yang bertujuan untuk membangun stabilitas harga serta menjamin akses sarana produksi bagi para petani dan peternak.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Jateng, Agus, Wariyanto menyampaikan BUMP adalah bentuk inovasi kelembagaan untuk meningkatkan perekonomian petani dan peternak.

Menurutnya, ini bisa menjadi salah satu pendorong untuk bekerjasama dengan perbankan dalam rangka mendapatkan akses permodalan melalui perencanaan bisnis yang matang sebagai tolok ukurnya.

Konsekuensinya, BUMP harus digarap secara profesional dan transparan agar mendapatkan kepercayaan sekaligus dapat mengangkat kesejahteraan para anggotanya.

Disnakkeswan, lanjutnya, telah menyiapkan skema untuk mendorong BUMP unggulan dapat menerapkan sistem resi kandang. Sehingga bisa memeroleh akses modal melalui fasilitasi khusus untuk pembiayaan.

“Jika semua dikelola secara profesional dan transparan, tentu akan ada keuntungan yang akan dapat diperoleh oleh anggota BUMP,” tega dia.

Terkait


Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

yogya@republika.co.id

Ikuti

× Image
Light Dark