REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Duta Besar Ukraina untuk Arab Saudi, Anatolii Petrenko, memuji Kerajaan Arab Saudi karena memberikan suara mendukung resolusi PBB yang mengutuk aneksasi Rusia atas wilayah Ukraina.
Menurutnya, dukungan tersebut bentuk pembelaan terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB. Dalam sebuah tweet, utusan tersebut berterima kasih kepada Kerajaan atas suaranya.
"Berterima kasih kepada #SaudiArabia atas sikapnya yang teguh dan dukungannya terhadap Resolusi #UNGA ‘Integritas Wilayah: Membela Prinsip-Prinsip Piagam PBB.’ Suara Anda terdengar keras dan jelas," kata Petrenko, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (13/10/2022).
Tweet itu diunggah ulang oleh akun resmi kedutaan Ukraina di Arab Saudi. Bulan lalu, Rusia memproklamasikan pencaplokannya atas empat wilayah yang diduduki sebagian di Ukraina, yaitu Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia, setelah menggelar apa yang disebut referendum.
Arab Saudi adalah salah satu dari 143 negara anggota PBB yang memilih resolusi PBB pada hari Rabu, yang juga menyerukan pembalikan segera deklarasi aneksasi Rusia.
Negara-negara yang menentang resolusi tersebut adalah Suriah, Nikaragua, Korea Utara, dan Belarusia. Sedangkan 35 negara lainnya abstain dari pemungutan suara.
Sementara itu, Presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan, menyerukan dialog, negosiasi, dan diplomasi di antara semua pihak untuk mengakhiri perang di Ukraina. Hal ini dia sampaikan pada kunjungan ke Rusia untuk pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin di St. Petersburg, Selasa (11/10/2022) waktu setempat.
Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan mengatakan negaranya berusaha untuk berkontribusi dalam memperkuat fondasi perdamaian dan stabilitas di dunia.
"Kami membahas beberapa masalah yang menjadi perhatian bersama, termasuk krisis Ukraina, dan pentingnya terlibat dalam dialog untuk mengurangi ketegangan dan mencapai solusi diplomatik," kata dia.
Anwar Gargash, penasihat diplomatik presiden, mengatakan kunjungan Sheikh Mohammed telah dijadwalkan dalam kerangka umum hubungan bilateral, tetapi perang di Ukraina memerlukan solusi mendesak.
Kedua pemimpin juga meninjau masalah regional dan internasional, termasuk keputusan pekan lalu oleh OPEC+, aliansi produsen minyak yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari mulai November.
Sumber: alarabiya