REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM— Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai melibatkan tokoh agama dalam upaya percepatan penurunan stunting. Seperti diketahui, NTB masuk dalam 12 daerah prioritas percepatan penurunan stunting nasional.
Melalui khutbah Jumat, Ustadz M Ridwan Amiruddin, mengajak seluruh masyarakat NTB ikut berperan aktif untuk menekan prevalensi stunting di NTB yang saat ini masih 37 persen.
“Angka ini memperlihatkan bahwa tiga atau empat dari 10 anak Indonesia dalam kondisi stunting,” Kata Ustadz M Ridwan di Masjid Assakinah, Jumat (14/10/2022).
Ustaz Ridwan mengatakan, Pemprov NTB menargetkan prevalensi stunting harus turun 14 persen pada 2024, sejalan dengan target nasional. Oleh karena itu semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat harus gotong royong untuk mensukseskan program tersebut.
“Tugas ini sangat penting untuk kita semua sebagai umat Muslim. Penanganan anak stunting ini akan menjadi amal ibadah yang baik bagi kita semua sesuai dengan peran kita di masyarakat sebagai kepala keluarga, pendidik, pelajar, pekerja, dan peran penting lainnya yang sedang menjadi tanggung jawab kita,“ ucapnya.
Pemerintah Provinsi NTB, kata Ustadz Ridwan, mengharapkan partisipasi aktif semua elemen masyarakat sebagai bagian dari ikhtiar meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Dia menjelaskan, stunting tidak terjadi begitu saja melainkan karena kekurangan gizi dalam waktu yang lama, bahkan sejak anak dalam kandungan. Kekurangan gizi pada ibu hamil harus menjadi perhatian kita semua.
Ustadz Ridwan menekankan bahwa perhatian keluarga dan suami kepada ibu hamil sangat menentukan kesehatan anak dalam kandungan. Kewajiban suami memberi nafkah kepada istri diterangkan dalam Firman Allah SWT, pada surat Al Baqarah ayat 233.
"Dan kewajiban bapak memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya,” ujarnya menjelaskan isi surat Al-Baqarah tersebut.
Dan ketika anak lahir, sambungnya, salah satu kewajiban yang yang penting dilakukan adalah memberikan anak Air Susu Ibu (ASI) seperti yang tertuang dalam QS Al-Baqarah ayat 233 yang menjelaskan bahwa seorang ibu sebaiknya menyusui anak-anknya selama dua tahun penuh.
“Imbauan untuk menyusui selama dua tahun tersebut juga tercantum dalam QS Luqman, ayat 14.
Lebih jauh dia menambahkan, sangat penting menjadikan generasi muda Islam yang kuat sebagai penerus tonggak perjuangan Islam dalam mewujudkan kebahagiaan dan kedamaian
Dia menjelaskan bahwa Islam mengajarkan untuk menjadi insan yang sehat dan kuat, sehingga masa depan Islam pun menjadi cerah dan maju, sejalan dengan perkembangan zaman.
“Dari Hadis Riwayat Muslim (HR.Muslim), Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam (SAW), mengatakan bahwa “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada, mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan. Allah SWT lebih mencintai mukmin yang kuat, karena mukmin yang kuat mampu melaksanakan Amanah yang ada padanya. Mukmin yang lemah harus berjuang untuk menjadi lebih kuat dan meraih kecintaan Allah SWT kepadanya,” katanya.
“Islam mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat, sehingga umat Islam harus tangguh dalam berbagai bidang, tak hanya dalam urusan akhirat saja, namun segala lini kehidupan, baik sosial, budaya, kesehatan, gizi maupun ilmu pengetahuan, sehingga mampu berdiri sendiri, tak bergantung pada orang lain,” sambungnya.
Ustadz Ridwan pun juga berpesan untuk bersama-sama membangun dan mengedukasi masyarakat bahwa stunting bukanlah aib. Hal ini merupakan tugas mulia bersama untuk menjaga kesehatan anak-anak kita agar terhindar dari berbagai penyakit, hidup sehat, makan makanan bergizi, mendapat ASI yang cukup.
Sementara itu di tempat terpisah, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi NTB Drs, Sama’an, menyampaikan komitmen pihaknya untuk menurunkan angka stunting terus di lakukan secara masif. Berbagai cara dilakukan demi mewujudkan NTB bebas dari stunting menuju NTB Gemilang.
Salah satu melalu forum Jumat melalui khutbah Jumat.“Hal ini dilakukan, untuk memberikan infomasi kepada masyarakat luas tentang stunting dengan harapan bisa merubah perilaku masyarakat menghindari terjadinya kasus stunting, melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), menjaga 1000 hari pertama kehidupan, memberikan gizi yang seimbang.