Ahad 16 Oct 2022 18:28 WIB

Dua Pemimpin Komunitas Rohingya Tewas di Kamp Pengungsi Bangladesh

Keamanan memburuk di kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kepolisian Bangladesh pada Ahad (16/10/2022) mengatakan, dua pemimpin komunitas Rohingya tewas dibunuh oleh sekelompok orang di kamp pengungsi.
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Kepolisian Bangladesh pada Ahad (16/10/2022) mengatakan, dua pemimpin komunitas Rohingya tewas dibunuh oleh sekelompok orang di kamp pengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Kepolisian Bangladesh pada Ahad (16/10/2022) mengatakan, dua pemimpin komunitas Rohingya tewas dibunuh oleh sekelompok orang di kamp pengungsi. Peristiwa ini menandai keamanan yang memburuk di kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh.

Juru bicara polisi, Faruk Ahmed mengatakan, dua pemimpin kamp Rohingya tewas pada Sabtu (15/10/2022) malam di Kamp 13. Ahmed menyebutnya sebagai salah satu serangan terburuk dalam beberapa bulan terakhir.

“Lebih dari selusin penjahat Rohingya menyerang Maulvi Mohammad Yunus yang merupakan ketua majhi Camp 13. Mereka juga membunuh Mohammad Anwar yang merupakan ketua majhi lainnya. Yunus meninggal di tempat dan Amwar meninggal di rumah sakit,” ujar Ahmed, dilansir Alarabiya, Ahad (16/10).

Majhi adalah istilah untuk pemimpin kamp Rohingya. Seorang perwira senior dari unit polisi elit yang bertugas menjaga keamanan di kamp-kamp itu, menuding Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) sebagai dalang pembunuhan dua pemimpin Rohingya. ARSA adalah sebuah kelompok pemberontak yang memerangi militer di Myanmar.

“Ini adalah pembunuhan yang ditargetkan oleh ARSA.  Bentrokan internal di Myanmar berdampak pada situasi keamanan di kamp-kamp,” kata perwira senior itu yang berbicara tanpa menyebut nama.

Sejumlah geng telah lama berperang memperebutkan kendali perdagangan narkoba, yang berpusat pada pil metamfetamin yaba. Tetapi Kepala polisi distrik Cox's Bazar Bangladesh, Mahfuzul Islam mengatakan, ada eskalasi yang terjadi.

“Dalam tiga bulan terakhir saja, setidaknya 14 orang Rohingya dibunuh di kamp-kamp. Jumlah pembunuhan di kamp meningkat dibandingkan tahun lalu,” kata Mahfuzul Islam.

Seorang pemimpin komunitas Rohingya dan seorang keponakan dari salah satu korban yang terbunuh pada Sabtu juga menyalahkan ARSA atas pembunuhan tersebut. Hingga saat ini,  ARSA belum secara terbuka mengomentari pembunuhan tersebut.

“ARSA membunuh pamanku tadi malam. Paman saya biasa memberitahu mereka untuk tidak berurusan dengan narkoba. Dia akan mengawasi patroli sukarela di kamp-kamp. Mereka membunuh paman saya," kata keponakan itu, yang berbicara dengan syarat anonim.

Awal tahun ini, beberapa anggota ARSA didakwa atas pembunuhan pemimpin tinggi Rohingya, Mohib Ullah, yang dibunuh pada September tahun lalu.  ARSA telah membantah keterlibatannya.

Pembunuhan Ullah memicu tindakan keras oleh otoritas Bangladesh. Setidaknya 8.000 tersangka anggota ARSA ditangkap.

Bangladesh telah menampung pengungsi Rohingya di kamp-kamp yang luas sejak mereka melarikan diri dari tindakan keras militer di Myanmar pada 2017. Kamp pengungsi yang penuh sesak itu, telah mengalami peningkatan kekerasan dalam beberapa bulan terakhir. Sejumlah geng mencoba untuk menegaskan kontrol atas perdagangan narkoba dan mengintimidasi kepemimpinan sipil para pengungsi melalui pembunuhan dan penculikan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement