Senin 17 Oct 2022 13:42 WIB

Cuci Tangan Pakai Sabun Minimalkan Penyebaran Infeksi

Infeksi yang dapat dicegah dengan CTPS ialah yang disebabkan oleh kuman dan bakteri.

Red: Friska Yolandha
Siswa mencuci tangan sebelum memasuki kelas saat hari pertama masuk sekolah di Taman Kanak-kanan Islam Terpadu (TKIT) Al-Fatah, Depok, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru diawali dengan masa orientasi guna memperkenalkan peserta didik kepada guru dan lingkungan sekolah.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Siswa mencuci tangan sebelum memasuki kelas saat hari pertama masuk sekolah di Taman Kanak-kanan Islam Terpadu (TKIT) Al-Fatah, Depok, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru diawali dengan masa orientasi guna memperkenalkan peserta didik kepada guru dan lingkungan sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga kesehatan dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Ns. Hotmarida Silalahi menjelaskan bahwa kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dapat meminimalkan penyebaran infeksi. Infeksi yang dapat dicegah dengan CTPS adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman, bakteri, dan virus, seperti diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan COVID-19.

"Jika melakukannya dengan sesering mungkin atau di setiap momen-momen yang yang mengharuskan dia cuci tangan pakai sabun, maka akan meminimalkan penyebaran infeksi," ujar Ida dalam acara bincang-bincang kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Baca Juga

"Seperti kita tahu penyebab diare adalah kuman-kuman yang menempel di tangan kita sehingga bisa kita pindahkan dari area tangan saat membuat susu atau mengolah makanan anak-anak, lalu mereka makan. Bahkan area bermain anak juga bisa memindahkan kuman penyebab diare dan membuat mereka terinfeksi pencernaannya," kata Ida.

Infeksi pernafasan akut dapat dicegah. Misalnya saat seseorang batuk atau bersin yang menyebabkan adanya cipratan partikel atau droplet ke area sekitar. Kemudian, orang lain menyentuh area yang di sekitarnya atau memakan makanan di sekitar situ sebelum mencuci tangan pakai sabun. 

"Maka dengan kondisi ini maka akan menular," imbuhnya.

Ia menjelaskan, sabun akan membunuh kuman dan bakteri karena memiliki dua sisi molekul, di mana satu sisi akan tertarik dengan udara dan satu sisi lainnya tertarik dengan lemak. Ketika molekul sabun bersentuhan dengan udara dan lemak, maka balutan lemak akan pecah dan menyatu dengan udara. Pada kondisi ini, kuman akhirnya mati.

"Sehingga, kita dianjurkan cuci tangan pakai sabun. Jika hanya menggunakan air saja, air kan tidak bisa menguraikan lemak, tidak bisa menyatu dengan lemak, sedangkan kalau sabun bisa memecah (lemak). Dengan demikian, maka mata rantai dari bakteri atau virus atau kuman-kuman tadi dapat hilang," tutur Ida.

Adapun waktu-waktu yang mengharuskan seseorang mencuci tangan pakai sabun, kata dia, adalah sebelum dan sesudah makan, setelah beraktivitas di luar rumah, setelah batuk dan bersin, setelah memegang benda-benda kotor, setelah memegang hewan, setelah kembali dari toilet, dan sebelum beristirahat di tempat tidur.

Sedangkan cara mencuci tangan yang benar menurut dia adalah dengan basahi kedua tangan dengan air mengalir dan gosok sabun pada telapak tangan, lalu gosok punggung tangan secara bergantian, kemudian gosok sela-sela jari. Setelah itu, bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci, kemudian gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian. gosok punggung tangan kanan ke telapak tangan kiri dan sebaliknya. Lalu, letakkan ujung jari ke telapak tangan dan gosok perlahan, kemudian bilas dengan air bersih dan keringkan.

Ia menambahkan, hand sanitizer juga dapat digunakan untuk membersihkan tangan, dengan catatan jika sedang berada di area yang sulit menjangkau air mengalir dan tangan tidak dalam kondisi kotor.

"Kalau kita memilih hand sanitizer, tentu boleh kita gunakan saat tangan kita tidak kotor oleh kasat mata. Dan kriteria pemilihannya adalah kandungannya ada alkohol dan emolien (pelembap). Kalau alkohol ini kandungannya minimal 70 persen, kalau dari WHO disebutkan 65 persen boleh digunakan," ujar Ida.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement