Senin 17 Oct 2022 17:59 WIB

Anggota Parlemen Turki: Rasialisme Agama di Eropa Capai Puncaknya

Islamofobia merupakan masalah yang mendesak di seluruh benua Eropa.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah polisi di Jerman memborgol seorang wanita Muslim berjilbab yang pada saat itu tidak mengenakan masker. Dalam video, Muslimah tersebut berteriak minta tolong. Anggota Parlemen Turki: Rasialisme Agama di Eropa Capai Puncaknya
Foto: Anadolu Agency
Sejumlah polisi di Jerman memborgol seorang wanita Muslim berjilbab yang pada saat itu tidak mengenakan masker. Dalam video, Muslimah tersebut berteriak minta tolong. Anggota Parlemen Turki: Rasialisme Agama di Eropa Capai Puncaknya

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kepala Komisi Urusan Luar Negeri Parlemen Turki Agatay Kilic mengatakan rasialisme dan diskriminasi terhadap identitas agama di Eropa telah mencapai puncaknya, Senin (17/10/2022).

Komisi tersebut disebut mengikuti perkembangan politik dan sosial dengan cermat. Kilic mengatakan kebangkitan partai sayap kanan dan pendekatan rasialis di Italia, Inggris, Prancis, Austria, Swiss, dan beberapa negara Balkan mengkhawatirkan.

Baca Juga

Dia menggarisbawahi pentingnya Jerman dalam hal kemampuannya untuk mempengaruhi arus politik dan sosial di Eropa. Kilic mencatat ada juga ekstrem dalam politik Jerman.

“Islamofobia menjadi yang pertama di antara rasialisme. Rasialisme terhadap agama mencapai puncaknya di Jerman. Kami memahami ini dari serangan terhadap masjid. Ada tindakan tidak hormat seperti menggambar swastika dan meninggalkan kepala babi. Mengingat jajak pendapat publik, far-right AFD adalah partai pertama di negara bagian Brandenburg, Jerman. Rasialisme adalah elemen menular, dan ketika terinfeksi, itu berkembang menjadi peristiwa yang akan membahayakan kehidupan sosial," kata dia, dilansir dari Daily Sabah, Senin

"Ada orang-orang di Eropa yang mengatakan, 'Kita perlu membatasi pergerakan dan ruang hidup Muslim kecuali mereka beradaptasi dengan kita.' Ini bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang diklaim dan dikedepankan Eropa," lanjutnya.

Dia menyoroti laporan tentang Islamofobia yang diterbitkan di Majelis Parlemen Dewan Eropa pekan lalu. "Manusia adalah entitas dengan pikiran, perasaan, kepercayaan, dan jaringan sosial. Jika seseorang tidak diizinkan untuk hidup dengan ini karakteristik, hak-hak dasar dan kebebasan orang ini diambil dari mereka," ucapnya.

Sebuah laporan baru memperingatkan, Islamofobia tetap menjadi ancaman yang berkembang di seluruh Eropa. Dengan beberapa negara memberlakukan kebijakan yang telah berkontribusi pada pelembagaan masalah yang seharusnya dihilangkan dengan segera. Menurut Laporan Islamofobia Eropa 2021, Islamofobia merupakan masalah yang mendesak di seluruh benua seperti tahun-tahun sebelumnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement