Senin 17 Oct 2022 18:25 WIB

Kasus Ginjal Akut Misterius pada Anak Bertambah Jadi 156 Kasus

Hingga kini penyebab gangguan ginjal akut misterius belum diketahui.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Indira Rezkisari
Kasus gangguan ginjal akut misterius.
Foto: Republika
Kasus gangguan ginjal akut misterius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Maxi Rein Rondonuwu, mengungkapkan kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak-anak terus bertambah. Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat menjadi penyumbang terbanyak.

"Total laporan sampai saat ini ada156 kasus, setiap ada gejala kita lakukan testing terbanyak DKI dan Jabar," ungkap Maxi di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Baca Juga

Kementerian Kesehatan, lanjut Maxi, telah membentuk tim untuk menyelidiki adanya kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak. Tim tersebut terdiri dari IDAI dan RSCM. Namun, hingga kini penyakit ini belum diketahui penyebabnya.

"Sampai saat ini belum ada perkembangan baru, semua kasus kami testing penyebab utama. Termasuk pada virus influenza, adenovirus, bakteri leptospirosis itu penyebab yang kami teliti dari genomic sequrncing," ungkap Maxi.

Sebelumnya, di Gambia, puluhan anak mengalami gagal ginjal pasca meminum obat batuk yang berasal dari India. Menurut World Health Organization (WHO) pada tanggal 5 Oktober lalu ada empat merk sirup obat untuk anak yang terkontaminasi dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG).

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI pun telah menyelidiki kasus ini. Namun, tidak ditemukan adanya obat tersebut di Indonesia.

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, Eka Laksmi Hidayati mengungkapkan hingga kini investigasi terkait kasus ginjal akut ini masih terus dilakukan. Perihal kaitannya dengan DEG dan EG, IDAI juga sudah menginvestigasi obat-obatan yang ada di pasar. Namun, hasilnya tak ditemukan obat-obat yang serupa dengan obat-obatan di Gambia.

"Bahan baku obat-obatan di Indonesia tidak berasal dari Gambia," ujar Eka.

Namun, ia juga mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati lagi menggunakan obat, apalagi untuk anak-anak. Masyarakat juga diharapkan tidak sembarangan membeli obat-obat yang dijual secara daring, terutama obat-obat yang tidak dijual resmi di Indonesia.

”Seperti aturan umum, obat itu harus dikonsumsi dengan pengawasan dokter, apalagi pada anak-anak yang masih kecil diharapkan untuk tidak membeli obat sendiri, mengobati sendiri. Kemudian harus mengikuti anjuran terapi dari dokter karena untuk anak-anak yang masih kecil obat-obat itu menjadi lebih keras efeknya,” kata Eka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement