REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Takut mati adalah perasaan wajar yang dimiliki seseorang. Ketakutan tersebut mungkin sering menghinggapi pikiran seorang Muslim. Sebab, mencintai kehidupan dunia merupakan salah salah naluri yang mengakar dalam jiwa manusia.
Namun, Allah SWT Mahamengetahui segalanya. Dan hanya Dia-lah yang mengetahui kematian. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Mahamengetahui, Mahamengenal." QS Luqman ayat 34)
Banyak dokter yang memperkirakan berapa lama lagi usia hidup pasiennya karena penyakit yang diderita.
Dokter menyampaikan kepada keluarga pasien bahwa pasien tersebut memiliki waktu hidup tidak lebih dari satu hari atau satu bulan, berdasarkan hitung-hitungan keilmuwan medisnya.
Namun, tidak mustahil bagi Allah SWT untuk menetapkan hal yang lain. Bahkan, sering ditemukan bagaimana orang sehat lalu tiba-tiba ajal menjemput. Tanpa ada riwayat penyakit yang diidapnya.
Lalu betapa banyak orang sakit yang terus diberi kehidupan dalam jangka waktu tertentu. Ketahuilah hanya Allah SWT yang mengetahui hal ghaib. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
"Katakanlah, 'Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.'" (QS Al Araf ayat 188)
Karena itu, sepatutnya seorang Muslim menyadari ketidaktahuan dirinya tentang waktu kematian adalah supaya senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Rasa takut menghadapi kematian hanya bentuk keputusasaan dari rahmat Allah SWT, dan berarti telah menyerah pada keputusasaan. Tentu ini dilarang dalam syariat Islam.
Bahkan Rasulullah SAW memberi pesan tentang betapa penting mengerahkan daya upayanya sampai tiba waktunya Hari Akhir. Rasulullah SAW bersabda:
إذا قامت القيامة ، وفي يد أحد فسيلة ، فإن استطاع أن يزرعها ،فليزرعها
"Jika hari kiamat itu muncul (terjadi), dan salah seorang di antara kalian masih memegang pohon kurma kecil, jika dia mampu (mengetahui) bahwa hari kiamat tidak akan bangkit terlebih dahulu sampai dia menanam pohon tersebut, maka dia akan menanam pohon itu."
Untuk itu, seorang Muslim wajib mengusir bisikan-bisikan yang membuatnya takut menghadapi kematian.
Dia mengemban tugas untuk beribadah sebagai bentuk ketakwaan dirinya kepada Allah SWT, sampai dijemput ajal. Allah SWT berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS Al Araf ayat 34)
Dalam mengarungi kehidupan di dunia, harus dengan penuh kesabaran atas ketetapan Allah SWT. Menerimanya dengan hati yang lapang dan rasa syukur. Siapa yang sabar dan ridha, Allah SWT pun ridha. Siapa yang melakukan sebaliknya, Allah SWT pun tidak ridha.
Sumber: islamonline