REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW DMI) Provinsi Sulawesi Tengah menumbuhkan kecintaan anak terhadap masjid sebagai bentuk syiar atau dakwah Islam.
"Upaya mengenalkan masjid kepada anak dilakukan melalui berbagai program dan inovasi, salah satunya melalui lomba," kata Ketua Relawan PW DMI Sulteng Mohammad Irvan, di Sekretariat PW DMI Sulteng, di Palu, Ahad petang.
PW DMI Sulteng melalui unit relawan yang dibentuknya, melaksanakan lomba menggambar dan mewarnai masjid yang melibatkan 150 anak berusia 4 sampai 7 tahun.
"Lomba ini mengangkat tema Aku Anak Sholeh Cinta Masjid," kata Irvan.
Menurut dia, kegiatan tersebut sekaligus mengenalkan kepada anak mengenai sejarah Nabi Muhammad SAW dan akhlak nabi yang harus diteladani oleh umat Islam.
"Kegiatan ini mengambil momentum Maulid Nabi Muhammad SAW," ujarnya.
Terkait hal itu, Sekretaris PW DMI Sulteng Muchtar Ibnu Masud mengatakan bahwa pembinaan umat berbasis masjid menjadi salah satu program prioritas yang digencarkan oleh DMI.
Pembinaan umat, kata dia, dilakukan dengan berbagai pendekatan, yang tujuannya untuk mengimbangi perkembangan zaman yang ditandai dengan kemajuan sistem teknologi informasi dan komunikasi.
"Kita ketahui bersama bahwa kemajuan zaman, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, mempengaruhi gaya hidup manusia. DMI, sebagai organisasi umat, mengoptimalkan pembinaan umat dengan pendekatan agama untuk membentuk dan meningkatkan wawasan keislaman umat," katanya.
Ia mengatakan bahwa pengenalan masjid kepada anak menjadi satu upaya pembinaan secara dini, yang tidak hanya mengenalkan tentang fisik masjid, melainkan juga tentang fungsi masjid dan ibadah.
"Hal ini tidak lepas dari arahan Ketum DMI Sulteng Ahmad M Ali untuk implementasi visi besar DMI yaitu memakmurkan dan dimakmurkan masjid," kata dia.
Kanwil Kemenag Sulteng berharap mengapresiasi PW DMI Sulteng yang gencar melaksanakan pembinaan umat dan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid sebagai sarana edukasi, utamanya bagi generasi muda.
Kanwil Kemenag Sulteng memandang bahwa edukasi ini dapat dilakukan melalui dakwah yang harus disesuaikan dengan konteks kaum milenial.