REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi China tengah melemah. Pada kuartal I 2022 tumbuh sebesar 4,8 persen, lalu pada kuartal II hanya tumbuh sebesar 0,4 persen. Pelemahan ekonomi yang berlanjut itu dapat berdampak bagi Indonesia. Hal tersebut karena, China merupakan salah satu mitra dagang Indonesia yang besar.
Meski begitu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto menyatakan, kondisi ekonomi di China masih memberikan sinyal positif bagi hubungan perdagangan dengan Indonesia. Hal itu tercermin pada permintaan energi dari negara tersebut yang masih tinggi.
Sejumlah permintaan komoditas dari China pun masih menunjukkan peningkatan pada September 2022. "Kebutuhan terhadap energi yang membutuhkan batubara ini masih tinggi. Besi baja dan nikel juga," kata Setianto dalam konferensi pers yang digelar secara hybrid, Senin (17/10).
Dirinya menyebutkan, ada lima komoditas ekspor Indonesia ke China yang masih meningkat. Meliputi bahan bakar mineral yang naik 32,04 persen month to month mtm, bubur kayu (pulp of wood) naik 19,16 persen, berbagai produk kimia naik 15,48 persen mtm, dan bahan kimia organik naik 26,2 persen mtm. Lalu komoditas timah dan barang daripadanya naik 31,24 persen mtm.
Kinerja impor barang dari China juga masih menunjukkan pertumbuhan positif. "Lima komoditas impor ke Indonesia yang mengalami kenaikan di bulan September 2022 antara lain komoditas kapal, perahu dan struktur terapung naiknya hingga 1.339,67 persen," ujarnya.
Kemudian komoditas logam mulia dan perhiasan permata juga naik sangat tinggi, 2.147,97 persen mtm. Lalu bahan bakar mineral naik 26,41 persen mtm. Komoditas pakaian dan aksesorisnya bukan rajutan juga naik 154,43 persen mtm, serta lomoditas penerangan lampu dan alat penerangan naik 19,42 persen mtm.
Setianto menuturkan, sampai September 2022, neraca perdagangan Indonesia dengan China juga masih surplus. Hanya saja terkait dampak pertumbuhan ekonomi di China nantinya, harus menunggu hasil pemantauan yang dilakukan BPS.
"Neraca Indonesia dengan China masih surplus. Ke depan kita lihat rilisnya," kata dia.