REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menjelaskan, cara untuk mengurangi kesedihan dalam hidup. Caranya dengan mengurangi syarat atau standar untuk menjadi senang di dunia.
Hal ini karena semakin banyak syarat dan standar untuk senang di dunia, semakin banyak kesedihan akan dirasakan.
لِيَقِلَّ مَا تَفْرَحُ بِهِ يَقِلُّ مَا تَحْزَنُ عَلَيْهِ
"Jika sesuatu yang membuatmu senang berkurang, maka akan berkurang juga sesuatu yang membuatmu sedih." (Syekh Athaillah, Al-Hikam)
Penyusun keterangan dan penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah 2017 menjelaskan maksud Syekh Athaillah mengenai hubungan antara senang dan sedih.
Mungkin, kamu adalah orang yang bisa bahagia dengan adanya harta, hura-hura, anak-anak, keluarga, dan lain sebagainya. Namun, hal itu sama sekali tidak akan mendekatkan kamu kepada Allah SWT.
Jika kamu suatu hari kehilangan salah satu di antaranya, yakni hal-hal yang membuat kamu senang. Maka, kamu akan bersedih.
Misalnya, kamu memiliki mobil mahal, dan kamu merasa senang karena memilikinya. Sebelum kamu menikmatinya terlalu jauh, ketahuilah terlebih dahulu bahwa kamu harus bersiap-siap menghadapi kesedihan jika suatu hari mobil tersebut rusak atau hilang.
Besarnya kebahagiaan yang kamu dapatkan dari mobil itu, sebesar itu juga kadar kesedihan yang akan diberikannya kepada kamu jika mobil itu hilang. Ingatlah, tidak ada satu pun yang abadi di dunia ini.
Kalau kamu kaya maka kekayaan yang kamu miliki itu hanyalah semu. Bahagia karena kekayaan adalah kebahagiaan yang semu. Sedangkan, kebahagiaan yang hakiki berada dalam kebersamaan kamu dengan Allah SWT.
Jangan mencintai sesuatu yang justru akan membuat kamu bersedih ketika kehilangannya. Cintailah sesuatu itu sekadarnya saja, dan jangan berlebihan. Sebab, sesuatu itu akan hilang dan binasa seiring berjalannya waktu.
Semua harta dan kemewahan itu tidak terlarang, tapi gunakanlah semua itu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.