Selasa 18 Oct 2022 21:55 WIB

India-Rusia Targetkan Ekspor Rudal Supersonik Berkemampuan Nuklir

Rudal jelajah supersonik berkemampuan nuklir ini senilai 5 miliar dolar AS

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Perusahaan patungan India-Rusia, BrahMos Aerospace, menargetkan penjualan rudal jelajah supersonik berkemampuan nuklir senilai 5 miliar dolar AS pada 2025.
Foto: AP/Russian Defense Ministry Press S
Perusahaan patungan India-Rusia, BrahMos Aerospace, menargetkan penjualan rudal jelajah supersonik berkemampuan nuklir senilai 5 miliar dolar AS pada 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Perusahaan patungan India-Rusia, BrahMos Aerospace, menargetkan penjualan rudal jelajah supersonik berkemampuan nuklir senilai 5 miliar dolar AS pada 2025. Pada Selasa (18/10/2022), perusahaan tersebut telah menandatangani kesepakatan ekspor pertamanya dengan Filipina senilai 375 juga dolar AS.

BrahMos Aerospace juga sedang berdiskusi dengan Indonesia, Malaysia dan Vietnam untuk pesanan baru. Usaha patungan itu terdiri dari kemitraan India sebesar 50,5 persen, dan Rusia 49,5 persen. Perusahaan itu sejalan dengan program make-in-India yang menjadi unggulan Perdana Menteri Narendra Modi.

“Perdana Menteri Narendra Modi telah memberikan target untuk mencapai 5 miliar dolar AS (dalam ekspor pertahanan) pada tahun 2025. Saya berharap BrahMos sendiri akan dapat mencapai target,” kata CEO BrahMos Aerospace, Atul D Rane.

Pasukan pertahanan India saat ini menggunakan rudal supersonik permukaan-ke-permukaan buatan BrahMos. Rudal ini dapat diluncurkan dari platform darat, laut, dan bawah laut.

India telah membuat pesawat tempur MiG Rusia dan jet Su-30. Keduanya telah berkolaborasi untuk membuat rudal BrahMos di India.  Rusia juga secara tradisional menjadi pemasok senjata utama India. Pada April tahun lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, kedua negara sedang mendiskusikan produksi tambahan peralatan militer Rusia di India.

India tidak secara eksplisit mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. India merupakan pelanggan minyak terbesar kedua di Moskow setelah Cina. Penyulingan India mengambil minyak Rusia dengan harga diskon. Sementara Barat telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia karena invasinya ke Ukraina. Sebagian besar negara Eropa berupaya untuk mencari pasokan minyak dan gas dari negara lain, setelah mengurangi impor dari Rusia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement