Selasa 18 Oct 2022 19:31 WIB

Disperindag Jabar Berkoordinasi dengan Kopti Terkait Kenaikan Harga Kedelai

Program penanganan komiditas kedelai di Indonesia sudah dilakukan Bulog

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Perajin menyelesaikan produksi tahu di Sentra Produksi Tahu Cibuntu, Babakan Ciparay, Bandung, Jawa Barat, Jumat (30/9/2022). Perajin tahu di Sentra Tahu Cibuntu Kota Bandung mengeluh karena mahalnya kacang kedelai impor yang saat ini sudah mencapai Rp12.800 per kilogram dari harga Rp10.500 per kilogram yang menyebabkan turunnya jumlah produksi.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Perajin menyelesaikan produksi tahu di Sentra Produksi Tahu Cibuntu, Babakan Ciparay, Bandung, Jawa Barat, Jumat (30/9/2022). Perajin tahu di Sentra Tahu Cibuntu Kota Bandung mengeluh karena mahalnya kacang kedelai impor yang saat ini sudah mencapai Rp12.800 per kilogram dari harga Rp10.500 per kilogram yang menyebabkan turunnya jumlah produksi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Harga kedelai terus mengalami kenaikan. Oleh karena itu, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat (Disperindag Jabar) berkoordinasi dengan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti).

Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat Iendra Sofyan, pihaknya berkoordinasi dengan Kopti terkait naiknya harga tahu dan tempe di wilayah Bandung.

Baca Juga

"Terkait kedelai yang berimbas pada kenaikan harga tahu tempe, kita mengawasi dan terus berkoordinasi dengan Kopti di Kota Bandung atau provinsi," ujar Iendra, pada acara diskusi bersama media dan mahasiswa di Bandung, Selasa (17/10).

Selama ini, program penanganan komiditas kedelai di Indonesia sudah dilakukan  pemerintah pusat melalui Bulog.

Berdasarkan data Bulog, kata dia, sampai tanggal 12 Oktober 2022, dari 17 kabupaten/kota yang diberi subsidi kedelai sebesar Rp 1.000 per kilogramnya, Provinsi Jabar menempati urutan pertama.

"Jabar paling besar (alokasi subsidi kedelai dari pusat) yakni 30.365.000 kg. Paling besar kedua Jatim, yakni 11,7 juta kg, dan Jateng ketiga sebanyak 10, 7 juta kg. Realiasasi sampai 12 Oktober 2022 total realiasi sudah 32 juta (untuk Jabar) sudah melebihi," paparnya.

Persoalan ini juga, kata dia, seperti biasa terjadi karena 90 persen bahan baku tahu tempe yakni kedelai berasal dari luar negeri. Saat ini, Kementerian Pertanian terus berupaya untuk mendorong petani menanam kedelai, tetapi hasil kurang optimal.

"Menurut Kadis pertanian di sejumlah daerah, para petani kurang tertarik. Sudah mencoba karena untungnya tidak besar. Yang kedua, mungkin dipengaruhi hasil produk yang tidak sebagus dari luar negeri," katanya.

Iendra mengatakan pengendalian harga kedelai juga turut dilakukan dengan rencana menerapkan skema menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) yang dikembangkan oleh BI.

LCS ini, kata dia, dikembangkan BI dan dikerjasamakan dengan sejumlah negara seperti Jepang, Cina, Hongkong bahkan Thailand. Sehingga jika terjadi perdagangan luar negeri.

"Kita gunakan mata uangnya itu negara yang dikerjasamakan, tidak tergantung dolar. Kan sekarang dolar naik semuanya ikut naik. Nah, LCS yang akan kita dorong untuk Indonesia," katanya.

Sebelumnya pengusaha pabrik tahu di Sentra Produksi Cibuntu menaikkan harga tahu dari Rp50 ribu menjadi Rp60 ribu per papan serta tempe dari Rp12 ribu menjadi Rp13 ribu per kilogram imbas dari kenaikan harga kacang kedelai.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement