Selasa 18 Oct 2022 20:58 WIB

Kapolri: Ibarat Emas, Kita Sekarang Laksanakan Pemurnian Menjadi 24 Karat

Institusi kepolisian kini sedang menghadapi ujian.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menyampaikan keterangan pers terkait kasus yang melibatkan mantan Kapolda Sumatera Barat Irjen Teddy Minahasa di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Jumat (14/10/2022). Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah mengonfirmasi bahwa Teddy Minahasa diduga terjerat dalam pusaran kasus narkoba serta kini telah ditahan dan menjalani penempatan khusus.
Foto: Prayogi/Republika.
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menyampaikan keterangan pers terkait kasus yang melibatkan mantan Kapolda Sumatera Barat Irjen Teddy Minahasa di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Jumat (14/10/2022). Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah mengonfirmasi bahwa Teddy Minahasa diduga terjerat dalam pusaran kasus narkoba serta kini telah ditahan dan menjalani penempatan khusus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengakui, institusi Polri saat ini sedang mengalami persoalan di internal maupun dari eksternal. Namun Jenderal Sigit optimistis Polri dapat melewati badai ujian dari ragam persoalan yang menerpa institusi itu belakangan ini.

Ia mengatakan, ragam permasalahan yang mendera Polri belakangan ini ibarat pemurnian emas. “Saya berpesan kepada seluruh anggota, saat ini kita sedang diuji terus. Tetapi ibarat emas, saat ini kita sedang melaksanakan pemurnian, pengayakan untuk menjadi emas 24 karat,” ujar Kapolri Sigit saat menghadiri perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, di Jakarta, Selasa (18/10). 

Baca Juga

Ragam persoalan yang dihadapi Polri dalam empat bulan terakhir memang bak tsunami yang mengempas institusi itu ke level terendah dalam hal kepercayaan publik. Mulai dari kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Joshua Hutabarat (J) yang terjadi di Komplek Polri Duren Tiga 46 Jakarta Selatan (Jaksel), pada Juli 2022. Tempat terjadinya pembunuhan berencana itu saja sudah bikin Polri malu.

Apalagi terungkap kasus tersebut menyeret Kadiv Propam Polri saat itu, Inspektur Jenderal (Irjen) Ferdy Sambo sebagai dalang, dan tersangka utama pembunuhan ajudannya tersebut. Dalam kasus itu, sampai memeriksa 95 para anggota Polri dari beragam kepangkatan, dan lintas satuan atau divisi.

Belum selesai masalah Ferdy Sambo cs tersebut, Polri kembali mendapatkan ‘celakanya’ pada Oktober 2022 lewat tragedi kemanusian yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang.  Polri menjadi sasaran dan amarah seluruh masyarakat Indonesia karena penggunaan gas air mata dalam pengendalian massa.

Dalam peristiwa itu, 132 orang tewas. Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta belakangan dicopot gegera tragedi itu. Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat juga dicopot. Tiga personel tinggi dari Brimob Jatim dan perwira Sabhara dari Polres Malang, ditetapkan menjadi tersangka terkait peristiwa itu.

Lepas kejadian itu, Polri dibikin malu oleh personelnya sendiri yaitu ketika Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) Irjen Teddy Minahasa, yang sudah ditunjuk oleh Kapolri menggantikan Kapolda Jatim tertangkap oleh Propam Polri, dan penyidik di Polda Metro Jaya.

Irjen Teddy Minahasa ditangkap karena kaitannya dengan narkoba jenis sabu-sabu. Meskipun diragukan menjadi pemakai. Namun dari penyidikan terungkap Irjen Teddy bagian dari jaringan peredaran narkoba sabu-sabu.

Irjen Teddy juga disebutkan menjual barang bukti sabu-sabu seberat lebih dari 4 Kg ke bandar sabu-sabu yang ada di Jakarta. Ironis penangkapan tersebut, karena terjadi ketika Kapolri Sigit bersama seluruh Kapolda, dan Kapolres yang ada di Indonesia menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jumat (14/10).

Atas kejadian tersebut, Kapolri Sigit bukan cuma mencopot Irjen Teddy sebagai Kapolda Sumbar. Namun juga membatalkan penunjukkannya sebagai Kapolda Jatim. Status Irjen Teddy pun menjadi tersangka.  “Selain sanksi etik, saya perintahkan agar proses pidananya juga berjalan,” begitu kata Kapolri.

Ragam persoalan tersebut menunjukkan bahwa ada persoalan internal yang terjadi di tubuh Polri. Namun hal tersebut berdampak pada persoalan eksternal yang mendegradasi tingkat kepercayaan publik terhadap Polri.

Sebelum ragam kasus yang terkait langsung dengan anggota Polri itu terjadi, institusi pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat ini menempati posisi teratas dalam hal kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum. Namun sejak Juli 2022, tingkat kepercayaan publik terhadap Polri miskin di angka sekitar 50-an persen.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement