Suporter Diajak Jaga Keamanan dan Kenyamanan di Yogyakarta
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Suporter Diajak Jaga Keamanan dan Kenyamanan di Yogyakarta (ilustrasi). | Foto: ANTARA/Kalandra
REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda DIY menginisiasi silaturahmi bersama koordinator-koordinator suporter sepakbola di seluruh DIY. Kegiatan ini merupakan koordinasi untuk mewujudkan jalan-jalan di DIY yang aman dan nyaman.
Dihadiri pengurus suporter PSIM, Burhan Tole, didampingi Brajamusti dan Maiden, lalu PSS Sleman, Richo, didampingi perwakilan Slemania dan BCS. Serta, Persiba, Jhon Hendrik, didampingi perwakilan Paserbumi, CNF dan Trah Kulon Hooligans.
Kegiatan silaturahmi tersebut digelar dalam rangka berdiskusi guna menjaga keamanan dan kenyamanan baik untuk suporter maupun masyarakat. Mengusung tema Ditlantas Polda DIY Siap Mewujudkan Jalan-Jalan di Yogya Aman dan Nyaman.
Dalam acara tersebut, perwakilan-perwakilan suporter di Yogyakarta itu turut melaksanakan ikrar bertajuk 'Jogja Bersatu. Dilakukan dengan pemberian syal oleh Dirlantas kepada perwakilan suporter tanda bersatunya suporter di Yogyakarta.
Dirlantas Polda DIY, Kombes Pol Alfian Nurrizal mengatakan, kerja sama Polisi dan suporter dapat menjaga keamanan dan memperbaiki persepakbolaan di Tanah Air. Ia menekankan, tragedi di Kanjuruhan jadi refleksi untuk memperbaiki sepakbola.
"Khususnya, di Yogyakarta, karena melalui sepakbola dapat mempersatukan bangsa," kata Alfian, Selasa (18/10).
Di DIY, tahun ini telah terjadi beberapa kali benturan antar suporter sepakbola yang mengakibatkan korban luka maupun jiwa. Pada Agustus lalu, seorang suporter PSS, Aditya Eka Putranda, meninggal dunia setelah menjadi korban penganiayaan.
Ironisnya, pelaku penganiayaan yang merupakan suporter tim lain ada yang masih berusia sangat muda 17 tahun dan ada yang sudah cukup tua 40 tahun. Pelaku yang ditangkap membawa barang seperti molotov, pipa, pedang, sangkur dan celurit.
Psikolog UGM, Prof Koentjoro menilai, aksi anarkis suporter terjadi dipengaruhi jiwa massa. Ia menekankan, seseorang akan bersikap berbeda saat di tengah massa dan mendorong perilaku yang tidak akan dilakukan orang itu saat sedang sendiri.
"Apalagi, ditambah mengenakan pakaian atau atribut yang menggambarkan itu satu bagian," ujar Koentjoro.
Untuk mencegah kerusuhan massa, Koentjoro menekankan, penting upaya-upaya pengendalian massa. Pengendalian massa bisa dilakukan untuk memecah massa dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil agar jiwa massa tidak terlalu solid.
Kemudian, selain mencetur rute memecah kerumunan, aparat bisa membuat pengaturan waktu kepulangan suporter dalam beberapa kelopmok. Sebab, Koentjoro mengingatkan , kalau jiwa sudah dikendalikan massa akan susah, apalagi jika ada penyusup.