REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Kota Zarzis, Tunisia lumpuh oleh unjuk rasa di saat masyarakat semakin marah atas nasib orang-orang yang tenggelam di dalam kapal imigran bulan lalu. Beberapa orang dikubur tanpa nisan.
Serikat buruh yang berpengaruh UGTT menyerukan unjuk rasa massal di Zarzis. Sebagai upaya mendorong protes lebih kecil beberapa hari ke depan menuntut pemerintah berusaha lebih keras menemukan jenazah para korban kapal tenggelam dan memperbaiki kondisi hidup masyarakat.
Foto-foto di jalan-jalan Zarzis menunjukkan pengunjuk rasa yang meneriakkan slogan anti-otoritas. Sementara toko-toko dan institusi pemerintah ditutup.
"Hari ini negara masih mengabaikan kami dan bahkan tidak mencari mereka yang tenggelam," kata Salim Zreidat, putranya Walin yang berusia 15 tahun salah satu korban hilang, Selasa (18/10/2022).
"Apa yang telah negara lakukan untuk kami untuk menghentikan anak-anak kami pergi? Apakah ada pekerjaan? Tidak," katanya. Ia menambahkan Walid merasa tidak memiliki masa depan di Tunisia meski ia siswa berprestasi.
Saat gejolak politik mengakibatkan memandekan perekonomian dan membawa anggaran publik menuju krisis. Banyak rakyat Tunisia yang mengambil risiko bergabung dengan ilegal imigran, menggunakan perahu kecil menuju Eropa.
Tahun ini puluhan orang tewas dalam peristiwa kapal tenggelam. Imigran ilegal biasanya menggunakan perahu kecil dari timur Tunisia menuju Kepulauan Lampedusa, Italia.
Unjuk rasa di Zarzis dimulai bulan ini setelah perahu yang diyakini membawa 18 imigran hilang. Pekan lalu nelayan yang sedang mencari puing-puing perahu menemukan delapan jenazah.
Kemarahan warga memuncak ketika pihak berwenang mengubur jenazah para imigran tanpa nisan. Dibandingkan bekerja untuk mengidentifikasi mereka. Masyarakat juga kesal dengan lambatnya proses pencarian korban hilang.
Presiden Kais Saied membahas unjuk rasa Zarzis dalam rapat virtualnya dengan Perdana Menteri Najla Bouden. Ia mengatakan pemerintah berusaha mengidentifikasi korban hilang akan mencari orang yang bertanggung jawab atas penyeludupan manusia.
Kemarahan terhadap tinggi angka pengangguran dan kelangkaan pangan dan bahan bakar semakin intensif di seluruh Tunisa. Empat malam berturut-turut masyarakat turun ke jalan di distrik kumuh Ettadhamen, remaja bentrok dengan polisi dalam demonstrasi tersebut.