Rabu 19 Oct 2022 11:23 WIB

Aksi Kolaborasi untuk Capai Indonesia Emisi Nol Bersih 2060

Seluruh pemangku kepentingan diharapkan mencari peluang dalam efisiensi energi.

  Gelaran ‘Cut the Tosh Collaboration Summit’ menjadi wadah untuk bertukar pengetahuan hingga matchmaking berbagai organisasi secara inklusif.
Foto: dok MBI
Gelaran ‘Cut the Tosh Collaboration Summit’ menjadi wadah untuk bertukar pengetahuan hingga matchmaking berbagai organisasi secara inklusif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Penyediaan opsi energi terbarukan sangat diperlukan untuk membantu mencapai agenda pemerintah yaitu Indonesia Emisi Nol Bersih 2060. Terdapat banyak cara untuk meningkatkan opsi penyediaan energi terbarukan. Namun di saat yang bersamaan juga banyak tantangan yang dihadapi seperti terbatasnya aksesibilitas dan tingginya biaya investasi yang diperlukan.

“Memperbanyak penyediaan opsi energi terbarukan adalah kunci mempercepat pencapaian target emisi nol bersih di Indonesia. Kami mengapresiasi peran industri yang proaktif dalam penggunaan energi terbarukan ini dalam operasinya. Industri berkontribusi besar dalam menurunkan emisi karbon dan disaat yang bersamaan juga meningkatkan ekonomi berbasis industri hijau,” ucap Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam ajang ‘Cut the Tosh Collaboration Summit’ yang berlangsung 18-19 Oktober 2022 di Jakarta.

Gelaran ini merupakan bagian dari gerakan ‘Cut the Tosh’ yang diluncurkan pada Mei 2022 dengan tujuan untuk mengubah narasi menjadi aksi yang berdampak nyata untuk mencapai target penurunan emisi melalui berbagai inisiatif di bidang keberlanjutan.

Dalam acara pembukaan, diperkenalkan dua opsi penyediaan energi terbarukan, antara lain melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata milik PLN dan pemanfaatan fasilitas biomassa dalam proses produksi, masing-masing untuk menggantikan sumber energi fosil dan batu bara.

“Kami bekerja sama dengan semua pihak untuk mendukung agenda Indonesia dalam Presidensi G20, khususnya dalam mempercepat transisi menuju ekonomi hijau dan energi terbarukan. Keterlibatan aktif ini penting untuk mempercepat tujuan kita bersama yaitu mencapai net zero emission pada tahun 2060,” ujar René Sánchez Valle, Presiden Direktur untuk Multi Bintang Indonesia, dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (19/10/2022).

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PT. PLN (Persero), menegaskan pihaknya siap berkolaborasi dan melanjutkan perjalanan transisi energi bersama pelanggan. ''Selain melalui Sertifikat Energi Terbarukan (REC) yang sudah banyak diminati sekarang, PLN juga membuka peluang opsi penyediaan renewable energy dengan pendekatan energy as service (EaaS), sehingga fokus sesuai kebutuhan pelanggan. Salah satunya melalui penyediaan EBT dari PLTS Terapung Cirata atau Pembangkit EBT lain yang ada dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL),'' kata dia.

Selain penyediaan tenaga listrik dari PLTS Cirata, Multi Bintang Indonesia juga telah mengoperasikan fasilitas biomassa di salah satu pabriknya sejak 2019 sebagai sumber energi terbarukan untuk energi panas. 

Melalui kerja sama dengan Berkeley Energy Commercial Industrial Solutions (BECIS), Multi Bintang Indonesia berencana untuk meluncurkan fasilitas biomassa keduanya tahun ini, yang akan meningkatkan total penggunaaan energi terbarukan menjadi setara 64 persen. 

Penggunaan biomassa oleh Multi Bintang Indonesia sebagai sumber energi ramah lingkungan pengganti energi panas menjadi salah satu aksi nyata yang dapat diikuti oleh perusahaan lain. “Mengembangkan sumber energi terbarukan yang berkelanjutan sangat penting untuk transisi energi dan mengurangi emisi. Seluruh pemangku kepentingan baik itu pemerintah ataupun swasta diharapkan mencari peluang dalam efisiensi energi dan mengganti bahan bakar fosil di fasilitas mereka. Ini adalah komitmen jangka panjang dan sebagai organisasi yang bertanggung jawab kita harus memimpin dengan memberi contoh dan memulai perubahan,” ungkap Binu George, Vice President of Business Development untuk BECIS Indonesia.

sumber : siaran pers
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement