REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- SKK Migas bersama dengan Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI) kembali menggelar Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) di Hotel Pullman Kota Bandung pada 18-20 Oktober 2022.
Pada hari pertama, acara dibuka Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil selaku tuan rumah sekaligus ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET).
FFPM yang mewadahi para pelaku migas di Indonesia menghadirkan berbagai tokoh penting diantaranya Dwi Soetjipto (Ketua SKK Migas), Taufik Aditiyawarman (Ketua Umum IAFMI) secara daring, dan juga Tutuka Ariaji (Dirjen Migas) mewakili Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Menurut Ketua ADPMET, Ridwan Kamil, pemerintah pusat dalam hal ini SKK Migas bisa melibatkan pemerintah daerah dalam memaksimalkan potensi. Migas di daerah untuk terus menjaga ketahanan energi secara nasional. Salah satu contoh adalah keterlibatam Migas Utama Jabar (MUJ) dalam mengelola Participacing Interest (PI) di Pertamina Hulu Energi ONWJ.
"Walaupun untuk perusahaan besar (hal ini) mungkin receh, tapi buat BUMD ini sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Puluhan atau ratusan miliar ini besar sekali," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Rabu (19/10).
Selain minyak, kata dia, potensi gas juga cukup besar. Sehingga Emil meminta SKK Migas untuk bisa memprioritaskan pemanfaatan gas. Gas bumi tersebut nantinya bisa digunakan untuk masyarakat sehari-hari menggunakan jaringan gas (jargas).
"Nah kalau jargas ini bisa (dimanfaatkan) akan menjadikan penyerapan tenaga kerja lokal makin banyak. Makanya kami mohon dipahami," kata Emil.
Sementara Ketua Umum IAFMI Taufik Aditiyawarman, FFPM tahun ini mengusung tema “Recovering and Transforming the Industry”.
Tema ini, kata dia, dipilih sebagai upaya merespon kondisi industri migas terkini yang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan demand seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dunia pasca pandemi Covid 19.
“Kita pelaku migas sekitar 700an orang kembali berkumpul di Kota Bandung setelah 2 tahun terhenti akibat pandemi,” kata Taufik
Menurutnya, IAFMI sebagai inisiator utama FFPM, berkomitmen untuk terus mendorong berbagai terobosan berbasis rekayasa teknologi dalam mendukung usaha sektor migas. Serta, menciptakan iklim yang kondusif mendukung kegiatan usaha sektor energi dan fasilitas produksi migas dari hulu ke hilir.
Dirjen Migas Tutuka Ariaji mengatakan, berbagai kondisi dan tantangan yang dihadapi sektor migas di Indonesia. Saat ini, produksi minyak terus mengalami penurunan seiring dengan menipisnya cadangan minyak nasional.
Hal yang sama juga, kata dia, terjadi di sektor gas. Untuk menghadapi situasi ini, ia bersama jajarannya di Kementrian ESDM terus berkoordinasi dan berdiskusi dengan para stakeholder IAFMI agar pasokan minyak dan gas tetap aman dan mampu memenuhi kebutuhan nasional.
Tantangan lainnya di sektor migas Indonesia, kata dia, adalah berkaitan dengan fasilitas produksi migas yang sudah di luar masa produktif (lebih dari 20 tahun). Oleh karenanya, diperlukan investasi massive dalam rangka memperbaiki alat produksi migas, di samping melakukan tindakan perawatan dan pencegahan agar alat produksi yang mendekati masa habis usia produktif tetap terjaga performanya sambil menunggu proses pembaruan fasilitas.
Dwi Soetjipto perwakilan SKK Migas, mengatakan, bangsa Indonesia perlu bersiap siaga menghadapi 3 hal yang menjadi situasi global. Yakni ancaman resesi, transisi energi dari fosil menjadi energi terbarukan, dan energy security kaitannya dengan prospek Liquid Natural Gas (LNG).
Menurutnya, tantangan terbesar industri migas saat ini, khususnya di Indonesia, adalah profil fasilitas produksi migas yang 69 persen di antaranya sudah berusia di luar masa pakainya (lebih dari 30 tahun). Di sisi lain, aktivitas utama migas di tahun 2022 ini menunjukkan ada peningkatan baik dari segi eksplorasi maupun eksploitasi.
Itu artinya, kata dia, diperlukan berbagai langkah agar produksi migas tetap berjalan lancar tanpa adanya hambatan berarti. Permasalahan utama yang menjadi penghambat produksi migas juga perlu segera diatasi, yaitu masalah pipeline (instalasi pipa) dan sistem kelistrikan.