REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis gizi klinik dr. Claresta Diella, M.Gizi, Sp.GK, mengingatkan bahwa pasien kanker tak perlu menyingkirkan nasi dan protein karena keduanya sangat diperlukan oleh tubuh terutama selama proses pengobatan. "Pasien kanker tetap butuh karbohidrat, protein nabati, protein hewani, sayur-sayuran, dan lemak juga diperlukan, tapi lemak yang baik," kata Diella dalam sebuah diskusi kesehatan yang digelar virtual diikuti di Jakarta, Rabu (19/10/2022).
Menurut dia, sebagian pejuang kanker tidak mau makan nasi karena menghindari gula atau karbohidrat karena dianggap akan membuat sel kanker menjadi semakin berkembang.
"Beberapa pasien saya begitu karena takut dengar gosip kalau gula ini makanannya kanker, jadi kalau makan karbohidrat, sel kanker semakin besar. Yang ada, karena enggak makan nasi selama proses pengobatan, jadinya berat badannya semakin turun. Dengan berat badan yang turun, ini akan mempersulit pengobatan," ungkap Diella.
Diella yang merupakan anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) itu menjelaskan, turunnya berat badan otomatis akan membuat tubuh pasien menjadi lemas. Pasien juga akan mengalami efek samping yang lebih banyak dari proses pengobatan mulai dari kemoterapi maupun radiasi.
"Karbohidrat kan kalau dipecah jadi glukosa dan sebagai sumber makanan dia (sel kanker). Sel kanker ini pinter, kalau karbohidrat enggak ada, dia akan ambil dari protein, dari lemak, lama-lama yang terjadi adalah menggerogoti tubuh kita. Tubuh makin kurus, otot makin hilang, imunitas makin rendah, itu yang terjadi," jelas Diella.
"Jadi karbohidrat tetap harus dikonsumsi tapi batasi yang sederhana seperti buah-buahan yang dijus. Lebih baik makan nasi daripada penderita kanker nge-skip nasi lalu makannya buah-buahan karena itu gula sederhana yang lebih cepat dipakai oleh sel kanker," lanjutnya.
Selain karbohidrat, Diella mengatakan, pasien kanker juga kerap menghindari konsumsi protein. Contohnya, pasien kanker payudara tidak mau mengonsumsi protein nabati seperti kacang kedelai karena khawatir akan meningkatkan kadar estrogen dan pasien kanker usus tidak mau makan protein hewani seperti daging merah.
Padahal, kata dia, konsumsi protein nabati dalam jumlah yang cukup oleh pasien kanker payudara tidak akan memperburuk kanker. Begitu juga dengan konsumsi daging merah.
"Protein ini tetap dibutuhkan. Tapi memang karena daging merah ini lebih tinggi lemak, biasanya kita batasi sepekan dua kali. Sisanya bisa tingkatkan dari daging putih seperti daging ikan, daging ayam, telur juga," ujar Diella.
"Tubuh kita ini butuh asam amino yang ada di protein karena pengobatan kanker ini panjang dan kanker ini sendiri makan tubuh kita, jadi kita butuh protein untuk mempertahankan supaya kita enggak kalah sama sel kanker ini. Jadi kita bisa selesaikan proses kemoterapi atau radiasi dengan baik," katanya.