Kamis 20 Oct 2022 20:06 WIB

Orang Tua Harapkan Kejelasan dan Keseragaman Informasi Terkait Gangguan Ginjal Akut Anak

Kemenkes sedang mengkaji kemungkinan ditetapkan statusnya menjadi KLB

Rep: dian fath risalah/ Red: Hiru Muhammad
Dokter mengecek kondisi anak yang dirawat dengan dugaan gagal ginjal akut di RSUP Dr.M.Djamil, Padang, Sumatera Barat, Kamis (20/10/2022). Dinas Kesehatan Sumbar merilis, terdeteksi sebanyak 22 kasus dugaan gagal ginjal akut dialami anak di provinsi itu dengan 12 orang diantaranya meninggal dunia dan sisanya masih dalam perawatan dan sudah ada yang sembuh.
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Dokter mengecek kondisi anak yang dirawat dengan dugaan gagal ginjal akut di RSUP Dr.M.Djamil, Padang, Sumatera Barat, Kamis (20/10/2022). Dinas Kesehatan Sumbar merilis, terdeteksi sebanyak 22 kasus dugaan gagal ginjal akut dialami anak di provinsi itu dengan 12 orang diantaranya meninggal dunia dan sisanya masih dalam perawatan dan sudah ada yang sembuh.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Penyakit gangguan ginjal akut misterius alias accute kidney injury of unknown origin muncul di Indonesia. Mayoritas penderitanya adalah anak-anak. Kekhawatiran para orang-tua semakin menjadi lantaran pemegang kebijakan yang terbuka dalam penyampaian informasi perihal kasus ini.

Terlebih, sudah ada 99 anak yang dilaporkan meninggal akibat gangguan ginjal akut misterius atau Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Atypical Progressive Acute Kidney Injury .

Baca Juga

Sebagai orang tua, Krisno Winarno (35) mengaku bingung dengan informasi yang ia terima. Pasalnya, banyak kesimpangsiuran perihal obat sirup parasetamol yang menjadi penyebab gagal ginjal akut pada anak. Padahal, banyak orang tua yang amat bergantung pada obat sirup lantaran pemberian yang mudah dan dapat diterima oleh anak dibandingkan obat puyer atau tablet. "Aku sebagai orang tua yang punya balita jadi bingung," kata Bapak anak dua ini kepada Republika, Kamis (20/10/2022).

Krisno berharap segera ada kejelasan dan keseragaman pernyataan resmi dari para pemangku kebijakan perihal penyebab penyakit ini. Supaya, para orang tua bisa mengambil langkah yang tepat saat buah hati mereka sedang sakit.

"Semoga ada kejelasan dan keseragaman pernyataan resmi dari pemangku kebijakan tentang penyebab dan cara menyelesaikan penyakit ini. Agar orang tua mampu melakukan tindakan preventif dan pengobatan sejak dini menggunakan obat yang tepat," harapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengaku sedang mengkaji kemungkinan ditetapkan statusnya menjadi Kejadian Luar Biasa atau KLB.

"Akan dikaji bersama para ahli epidemiologi, kita tunggu saja kajian ahli epidemiologi," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi saat dikonfirmasi, Kamis (20/10/2022).

Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan dengan adanya kematian hampir pada 100 bisa menjadikannya kejadian amat serius bagi dunia kesehatan. Terlebih, hingga kini penyebabnya pun belum diketahui.

"Ini perlu ditangani dengan maksimal, all out, apapun istilah yang akan dipakai (KLB atau tidak). Kalau memang obat maka obat apa namanya, kalau bukan obat maka apa ada faktor lain seperti lingkungan dan lain-lain. Kalau penyebabnya sudah jelas maka penanganannya akan lebih tepat," tegas Prof Tjandra.

"Tentang status KLB atau tidak, yang pasti hampir 100 anak meninggal ini jadi masalah serius," sambung Prof Tjandra.

Sementara, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman merekomendasikan agar gangguan ginjal akut ini segera ditetapkan sebagai KLB. "Saya sampaikan bahwa ini sudah KLB gangguan gagal ginjal akut yang saat ini terjadi beberapa kota di wilayah Indonesia yang case fatality ratenya sudah cukup tinggi," ujar dia kepada Republika, Kamis (20/10/2022).

Diketahui, Jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak. Artinya, angka kematian pada anak sudah hampir mencapai 50 persen. Bahkan, angka kematian pasien yang dirawat di RSCM sudah mencapai 65 persen.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement