Jumat 21 Oct 2022 03:07 WIB

Kementan Ajak Insan Pertanian Seluruh Indonesia Miliki Sense of Crisis

Dorong Sense of Crisis, Kementan akan gelar TOT bertema Solusi Pupuk Mahal

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, saat Sosialisasi ToT bertajuk Solusi Pupuk Mahal melalui aplikasi Zoom, Selasa (18/10)
Foto: Kementan
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, saat Sosialisasi ToT bertajuk Solusi Pupuk Mahal melalui aplikasi Zoom, Selasa (18/10)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian RI mengajak seluruh insan pertanian untuk memiliki sense of crisis di saat kondisi seperti ini. Ajakan ini akan disampaikan dalam kegiatan Training of Trainer (TOT) bertema "Solusi Pupuk Mahal" pada 26 hingga 28 Oktober mendatang.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan situasi secara global saat ini telah mempengaruhi kondisi di tanah air.“Dampaknya adalah meningkatnya harga-harga komoditas, termasuk juga pupuk. Inilah yang harus sama-sama kita antisipasi dan sikapi dengan sebaik mungkin,” katanya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, saat Sosialisasi ToT bertajuk 'Solusi Pupuk Mahal` melalui aplikasi Zoom, Selasa (18/10) menyatakan saat ini dunia sedang menghadapi ketidakpastian.

“Saat ini kita menghadapi kondisi yang penuh dengan VUCA atau volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity. Yaitu, kondisi yang bersifat cepat berubah, tidak pasti, semakin kompleks/rumit dan gamang,” katanya.

Menurut Dedi Nursyamsi ada empat hal yang turut mempengaruhi kondisi tersebut. "Kondisi ini secara umum dipengaruhi oleh empat hal utama, yaitu berakhirnya pandemi Covid-19, perubahan iklim, Perang Rusia dan Ukraina serta degradasi lahan pertanian," ujar Dedi.

Dalam kondisi inilah, menurut Dedi, insan pertanian harus memiliki sense of crisis.“Menanggapi kondisi ini, kita harus memiliki sense of crisis atau kesadaran akan krisis dengan segala resiko yang di depan mata. Risiko yang paling dahsyat dampaknya adalah kekurangan pangan,” terangnya.

Dedi Nursyamsi menjelaskan jika ToT dilangsungkan agar peserta dapat menjelaskan tentang solusi pupuk mahal. “Selain itu, agar peserta ToT dapat menyusun bahan ajar tentang solusi pupuk mahal, juga mendiseminasikan informasi tentang solusi pupuk mahal, termasuk mendapat wawasan inovasi kambing dan domba,” katanya.

Dedi Nursyamsi juga menyampaikan pentingnya pertanian untuk menyangga hidup dan kehidupan."Utamanya saat ini, di saat krisis pangan global yang luar biasa. di dalam kondisi krisis pangan global ini ternyata sektor pertanian lah yang menyelamatkan kita dari keterpurukan," kata Dedi.

Dia menambahkan, banyak negara di dunia yang disinyalir lebih dari 60 negara, mengalami krisis pangan."Lebih dari 300 juta orang mengalami krisis pangan. Harga pangan melejit tentu disebabkan karena pasokan pangan berkurang signifikan. dampak utamanya karena Covid-19, climate change serta Perang Rusia dan Ukraina," katanya Dedi Nursyamsi. 

Dalam kondisi seperti ini, katanya, banyak penduduk dunia yang tidak mampu mengakses pangan dengan baik, bahkan banyak yang mengalami stunting. Dedi mengatakan, krisis pangan tidak bisa kita remehkan karena bersifat global maka kita mesti keluar dari kondisi krisis ini. 

"Kita harus antisipasi krisis pangan global. Kita kendalikan inflasi yang disebabkan komoditas yang sering mengungkit inflasi. Kita mengendalikan produksi, olahan hingga distribusinya," ujarnya.

Sedangkan Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Leli Nuryati, menerangkan tujuan dilaksanakannya ToT ini memang untuk dosen, widyaiswara, penyuluh dan masyarakat. 

"Melalui dosen itu resonansinya sudah luar biasa. Kalau satu dosen dalam satu tahun mengajar 500 mahasiswa, maka 500 mahasiswa pada saat melaksanakan merdeka belajar, kampus merdeka pasti juga tersosialisasi kepada petani saat mereka melakukan praktek kerja lapangan maupun pengabdian masyarakat," kata Siti.

Menurutnya, ToT ini turut serta melatih para penyuluh di seluruh indonesia khususnya para penyuluh di tingkat kecamatan. "Kami harapkan para penyuluh di balai penyuluhan pertanian bisa mengikuti secara individu, setelah mengikuti pelatihan ini mereka melalui tugasnya melakukan pendampingan dan pengawalan kemudian sharing dan diseminasi informasi terbaru bisa disampaikan kepada para petani," ujar Leli.

Leli menjelaskan, strategi yang digunakan adalah mendorong seluruh penyuluh pertanian seluruh indonesia mengikuti ToT ini secara online.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement