Jumat 21 Oct 2022 13:27 WIB

Wapres: Santri Harus Siap Kalau Dipercaya Jadi Presiden atau Wakil Presiden

Kiprah para santri adalah melakukan perbaikan di semua bidang kehidupan

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agung Sasongko
Wakil Presiden Maruf Amin dalam keterangan persnya di ICE-BSD, Tangerang, Kamis (20/10).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Maruf Amin dalam keterangan persnya di ICE-BSD, Tangerang, Kamis (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Presiden Ma\'ruf Amin mengatakan santri tidak boleh mencari kekuasaan atau kedudukan. Namun demikian, kata Ma\'ruf, santri harus siap menerima tugas jika dipercaya untuk memimpin.

"Santri memang tidak pernah mencari tetapi santri siap menerima tugas apapun kalau itu dipercaya, jadi presiden? jadi wakil presiden? Menko Polhukam? menteri? gubernur?" kata Ma'ruf saat memperingati Hari Santri yang jatuh setiap 22 Oktober di Kantor Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan, Jakarta, Jumat (21/10).

Baca Juga

Maruf mengatakan, kiprah para santri adalah melakukan perbaikan di semua bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Menurutnya, kiprah santri bukanlah untuk mencari kedudukan maupun kemuliaaan.

Ma'ruf menjelaskan, kedudukan dan kemuliaan bukanlah tujuan utama para santri melainkan buah amal yang diberikan Allah SWT di dunia. Maruf menyampaikan, selain ganjaran pahala yang dijanjikan Allah SWT, terdapat tsamrah ajilan atau buah amal yang diberikan kepada manusia di dunia.

"Jadi apa yang diterima oleh para pejuang dulu ketika zaman nabi bisa memperoleh kekuasaan bisa membangun ini dan itu, bukan tujuan, tujuan tetap adalah islahiyah (perbaikan) tetapi itu adalah tsamrah ajilan dari allah SWT,"ujarnya.

Karena itu, dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut meminta agar para santri dan warga nahdliyin tidak menjadikan kekuasaan dan kedudukan sebagai tujuan.

"Orang-orang NU tidak boleh kita mencari itu tetapi kita juga siap kalau kita diperlukan untuk berkiprah itu namanya tsamrah ajilan," ujar Ma'ruf.

Dalam kesempatan itu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin bersama sejumlah menteri, kepala daerah, pimpinan organisasi Islam dan para santri memperingati Hari Santri yang jatuh setiap 22 Oktober. Peringatan Hari Santri yang digelar di Kantor Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan ini diawali dengan pembacaan maulid oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Kemudian dilanjutkan pembacaan shalawat bersama oleh Wapres Maruf Amin, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf, dan sejumlah bupati/walikota.

 

Ma'ruf mengatakan, Pemerintah mengakui keberadaan dan peran santri di Indonesia. Menurutnya, santri telah berkiprah untuk NKRI mulai sebelum kemerdekaan hingga saat ini.

"Alhamdulillah memang peran santri di Indonesia ini diakui oleh negara sehingga ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Karena santri memang terus berkiprah sejak sebelum kemerdekaan, ketika juga berjuang mengusir penjajahan, menyusun konstitusi negara juga santri ikut terlibat, dan mempertahankan negara," ujar Ma\'ruf.

Ma'ruf menyampaikan tiga alasan yang mendasari santri berperan bagi pembangunan negara. Pertama, semangat cinta tanah air, menjaga kesepakatan nasional dan memakmurkan bumi.

Ma'ruf menegaskan, cinta tanah air adalah harga mati bagi santri. "Itu artinya (santri) memegang teguh kesepakatan nasional," ujarnya.

Sedangkan dalam fungsi memakmurkan bumi, Ma'ruf mendorong santri melakukan perbaikan dan pengembangan ekonomi. Menurutnya, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mulai dari perkebunan, pertanian, pertambangan dan perindustrian.

"Untuk bisa mengembangkan bumi itu membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya santri dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk bisa mewujudkan tugas ini sekarang," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement