REPUBLIKA.CO.ID., JENEWA -- Laporan PBB pada Kamis (20/10/2022) menunjukkan bahwa kesepakatan Istanbul terkait ekspor gandum Ukraina telah “menawarkan harapan dan menunjukkan kekuatan perdagangan di saat krisis.”
Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina menandatangani perjanjian di Istanbul pada 22 Juli untuk melanjutkan ekspor gandum dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina, yang berhenti sementara setelah dimulainya perang Rusia-Ukraina pada Februari.
Tepat sebelum laporan PBB yang menyerukan pembaruan kesepakatan dirilis, Duta Besar Rusia untuk PBB di Jenewa Gennady Gatilov membahas apa yang disebutnya sebagai "gambaran yang menyimpang dan tidak seimbang" dari media Barat.
Pada konferensi pers, Gatilov mengatakan perpanjangan kesepakatan tergantung "pada hasil implementasi dari semua kesepakatan yang dicapai sebelumnya."
"Otoritas Rusia relatif akan sangat serius mempertimbangkan masa depan perpanjangan Kesepakatan Gandum ini," tambah dia.
Badan Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD), yang menerbitkan laporan tersebut, mengungkapkan: "Pembaruan inisiatif yang dipimpin PBB sangat penting untuk terus mendorong harga pangan global turun dan memastikan keamanan pangan di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang."
UNCTAD mengungkapkan bahwa karena inisiatif tersebut, aktivitas pelabuhan di Ukraina meningkat, dan pengiriman biji-bijian dalam jumlah besar mencapai pasar dunia.
Hampir 8 juta metrik ton biji-bijian dan bahan makanan lainnya telah diekspor pada 19 Oktober.
Stabilisasi harga pangan
"Inisiatif yang dipimpin PBB telah membantu menstabilkan, kemudian menurunkan harga pangan global dan memindahkan biji-bijian yang berharga dari asalnya kepada mereka yang membutuhkan,” menurut isi laporan tersebut.
Indeks Harga Pangan yang diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menunjukkan bahwa harga bahan pangan global telah menurun dalam beberapa bulan terakhir – sekitar 8,6 persen pada Juli, 1,9 persen pada Agustus, dan 1,1 persen pada September.
Kesepakatan yang berakhir pada November dan perkembangan yang belum pasti, harga komoditas, seperti gandum dan jagung, kembali naik.
Dalam laporan tersebut menyatakan, tanpa inisiatif yang diperbarui, hanya “sedikit harapan” untuk menyediakan ketahanan pangan, terutama di negara berkembang dan kurang berkembang.
UNCTAD mengatakan pasokan gandum yang berharga ditutup setelah Rusia melancarkan perangnya terhadap Ukraina.
“Ada sedikit pemulihan di minggu-minggu berikutnya, tetapi jumlah pengiriman dari pelabuhan tetap jauh di bawah level 2021. Setelah penandatanganan inisiatif yang dipimpin PBB, ada peningkatan pengiriman kapal secara bertahap,” kata laporan itu.
"Sementara pengiriman masih sekitar 40 persen hingga 50 persen di bawah periode sebelum perang,” lanjut mereka.