REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN – Kampus Trinity College di Irlandia, salah satu universitas paling bergengsi di negara itu, telah mengumumkan bahwa mereka tidak lagi memiliki investasi di perusahaan senjata yang terlibat dengan rezim Israel. Langkah itu dilakukan menyusul petisi yang diluncurkan oleh kampanye Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) Trinity, yang menyerukan Universitas untuk divestasi dari industri perang.
"Para penandatangan petisi ini menyerukan Trinity College Dublin untuk mengambil sikap berprinsip melawan apartheid, kolonialisme dan pendudukan militer di Palestina yang bersejarah dengan mendukung prinsip-prinsip gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi", tulis petisi tersebut dilansir dari Middle East Monitor, Kamis (20/10/2022).
Permintaan Kebebasan Informasi yang diajukan oleh Ketua Students4Change, Laszlo Molnarfi, tahun lalu, mengungkapkan bahwa kampus memiliki sekitar hampir Rp 46 miliar investasi ekuitas di industri persenjataan dan pertahanan.
"Ini termasuk perusahaan yang memproduksi senjata atau teknologi keamanan yang digunakan oleh Israel untuk melakukan pembersihan etnis dan menerapkan apartheid terhadap rakyat Palestina, seperti Lockheed Martin, Raytheon Technologies dan BAE Systems", kata Trinity BDS dalam siaran pers.
Sebagai tanggapan, juru bicara College mengatakan bahwa Trinity telah sepenuhnya merestrukturisasi portofolio ekuitasnya dan tidak memiliki investasi di salah satu perusahaan yang disebutkan. Bulan lalu, Trinity BDS bergabung dengan protes di luar Leinster House yang menyerukan penyelidikan apartheid di negara bagian Israel.
Pada tahun 2018, Trinity College Dublin memilih untuk mendukung BDS, yang berarti Serikat Mahasiswa akan mendukung Gerakan dan mematuhi prinsip-prinsip BDS di semua toko serikat, perdagangan, bisnis, dan operasi serikat lainnya. Sebuah langkah yang menurut para aktivis pro-Palestina adalah di tempat untuk membantu bisnis mendapatkan keuntungan dari apartheid Israel.