Festival Batik 'Jagad Ditha' Berbagi Jenis Motif dan Olahan Batik

Rep: My43/ Red: Fernan Rahadi

Pengunjung mengamati batik yang dipamerkan saat Festival Batik 2022 bertajuk Jagaddhita di Jogja Expo Centre (JEC), Bantul, D.I Yogyakarta, Rabu (19/10/2022). Pameran yang digagas oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan berlangsung hingga 23 Oktober 2022 tersebut untuk mengembangkan potensi Industri Kecil Menengah (IKM) Batik serta untuk melestarikan warisan budaya khususnya batik.
Pengunjung mengamati batik yang dipamerkan saat Festival Batik 2022 bertajuk Jagaddhita di Jogja Expo Centre (JEC), Bantul, D.I Yogyakarta, Rabu (19/10/2022). Pameran yang digagas oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan berlangsung hingga 23 Oktober 2022 tersebut untuk mengembangkan potensi Industri Kecil Menengah (IKM) Batik serta untuk melestarikan warisan budaya khususnya batik. | Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia dengan ragam batiknya telah mencapai ranah internasional. Hal tersebut menjadi salah satu kebanggaan yang diraih. Batik sendiri memiliki banyak motif dan corak. 

"Batik di sini merupakan batik khusus dari Keraton, sehingga pemakaiannya tidak boleh sembarangan," ujar Duta Museum Keraton Yogyakarta, Eksi, dalam pameran di Festival Batik Yogyakarta 'Jagad Ditha 2022' di Jogja Expo Center (JEC), Kamis (21/10/2022).

Pada pameran tersebut dibawa kain-kain yang biasa digunakan di Keraton. Kain tersebut memiliki kegunaan dan motif yang berbeda. 

"Untuk kain di sini ada banyak ragam. Ada yang dipakai raja, ada yang untuk abdi dalem, dan lainnya," lanjutnya.

Ia menambahkan, selain kain batik yang biasa digunakan di area Keraton, terdapat juga contoh kain yang dilarang digunakan di area Keraton, seperti motif Huk. Namun walaupun dilarang di Keraton, tidak berpengaruh pada penggunaan di luar Keraton. 

Menurut Eksi, saat ini batik telah menjadi fesyen dan tren, sehingga membuat penggunaan batik sendiri lebih luas maknanya. Berbeda dengan dahulu yang digunakan hanya satu model saja. 

Selain pameran, juga terdapat banyak penjual batik. Banyak macam jenis olahan batik yang dijual pameran, mulai dari kain itu sendiri, baju, tas, topi, hingga sepatu.  "Kalau di sini ini produksi rumahan, ada yang pakai bahan pewarna alami dan sintesis," ujar Owner Randhu Alas, Sumira. 

Ia mengatakan, kain-kain batik yang dibawa dari Gunungkidul tersebut merupakan kain yang diproduksi sendiri dengan masing-masing kelompok memiliki tugas yang berbeda. Kelompok membatik akan membuat pola batik, yang akan dilanjutkan ke kelompok mewarnai, dan seterusnya hingga menjadi kain batik. 

"Untuk harga kain beragam, ada yang Rp 500 ribu ada yang Rp 800 ribu, tergantung motif," katanya. 

Sumarni mengatakan, semakin detail pola yang terdapat dalam kain batik, maka semakin tinggi harganya. Sehingga membuat waktu pengerjaan juga lama.

Pembuatan kain batik sendiri berkisaran antara tiga bulan. Proses tersebut bisa lama karena batik yang dijual merupakan batik tulis, dan jika menggunakan pewarna alami maka harus membuat pewarnanya terlebih dahulu. 

Selain pameran, Festival Batik Yogyakarta Jagad Ditha yang berlangsung dari 19-22 Oktober 2022 ini juga terdapat fashion show yang dimulai pukul 18.30 yang menampilkan karya-karya batik terbaik dari berbagai desainer. 

Terkait


Festival Kemilau Batik 2022 Tampilkan 27 Batik Khas Probolinggo

Festival Batik Bordir dan Tenun Nusantara

Purwakarta Gelar Festival Membatik bagi Generasi Muda

Anas: Festival Batik Banyuwangi Perkuat Ekonomi Desa

Ini Rangkaian Festival Jogja Kota Batik Dunia

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark