Jumat 21 Oct 2022 18:09 WIB

Menkes: Covid-19 Dorong Peningkatan Surveilans dan Digitalisasi

Saat ini, ada 1.000 lebih laboratorium PCR dari sebelumnya 10 unit.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia untuk meningkatkan kemampuan surveilans dan digitalisasi.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia untuk meningkatkan kemampuan surveilans dan digitalisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia untuk meningkatkan kemampuan surveilans. Indonesia juga didorong memanfaatkan digitalisasi lebih jauh.

Ia mengatakan, sebuah krisis yang terjadi pada masa pandemi membuat Indonesia berusaha bangkit melalui penguatan surveilans. Pemerintah membangun dan meningkatkan kualitas laboratorium di seluruh Indonesia agar pelacakan kasus semakin maksimal.

Baca Juga

Saat ini, terdapat 1.000 lebih laboratorium PCR yang telah dibangun, setelah sebelumnya laboratorium di Indonesia hanya ada sekitar 10 unit. “Waktu kena Covid-19, kita tidak tahu siapa yang sakit, kena di mana, apa benar sakit atau tidak, karena jaringan laboratorium kita itu sedikit sekali. Sekarang dalam waktu 18 bulan, kita sudah membangun 1.000 lebih jaringan laboratorium PCR ini,” katanya dalam Capaian Kinerja Pemerintah Tahun 2022 yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Dengan peningkatan infrastruktur yang sangat pesat itu, jumlah laboratorium naik hampir 100 kali lipat. “PCR ini bukan hanya untuk Covid-19, dia untuk virus, bakteri, parasit lainnya. Ke depan kita bisa gunakan dan 1.000 lebih dari laboratorium ini sudah terhubung secara online ke sistem Kementerian Kesehatan,” katanya.

Sistem pelacakan itu juga langsung terhubung ke dalam data di aplikasi PeduliLindungi, sehingga setiap pihak yang terinfeksi dapat segera diketahui dan dibatasi pergerakannya, serta mendapatkan perawatan melalui telemedisin. Selain laboratorium PCR, kata dia, pemerintah juga mengembangkan Whole Genome Sequencing (WGS), yang dapat membantu mengetahui jenis varian secara cepat. 

Pada masa lalu, Indonesia hanya memiliki sembilan unit alat. Namun kini, pemerintah menyediakannya lebih dari 50 alat dan di sebar ke seluruh penjuru negeri.

“Itu tidak hanya dipakai untuk menentukan varian apa, tapi juga dipakai untuk development riset dan development obat canggih di masa depan,” katanya.

Pelajaran lain yang dipetik adalah pemanfaatan digitalisasi untuk meningkatkan cakupan vaksinasi secara by name by address. Dengan demikian, dari usia sampai tempat tinggal individu dapat diketahui dan terdata secara apik.

Artinya, digitalisasi membantu pemerintah membentuk ulang semua sistem pendataan dalam kinerja kementerian/lembaga. Menkes mengaku terdapat enam transformasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan saat ini, yaitu transformasi layanan primer terkait revitalisasi layanan di puskesmas dan posyandu, transformasi layanan rumah sakit di mana setiap alat dan dokter akan ditingkatkan kualitasnya dan transformasi ketahanan kesehatan melalui produksi vaksin, obat dan alat-alat kesehatan.

Transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia kesehatan di mana saat ini Indonesia masih kekurangan banyak dokter di seluruh wilayah negeri dan transformasi teknologi kesehatan baik di bidang informasi teknologi maupun bioteknologi. “Enam reformasi total itu Bapak Presiden minta harus diselesaikan sebelum akhir masa jabatan Beliau di tahun 2024 nanti,” kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement