Sabtu 22 Oct 2022 05:52 WIB

Mualaf Maxi Deeng, Eks Misionaris di Papua yang Bergelimang Harta dan Kini Memilih Islam

Mualaf Maxi Deeng merupakan mantan misionaris di Papua yang tergugah ajarah Islam

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Maxi Deeng merupakan mantan misionaris di Papua yang tergugah ajarah Islam
Foto: Harian Republika
Mualaf Maxi Deeng merupakan mantan misionaris di Papua yang tergugah ajarah Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan Maxi Christian Ludewig Deen Deeng menemukan hidayah tidaklah sebentar. 

Pria asal Manado ini memfokuskan untuk belajar ilmu agamanya di pendidikan tinggi memiliki banyak pertanyaan yang membuatnya ragu.

Baca Juga

Pertanyaan ini adalah tentang Ketuhanan. Namun jawaban yang dia dapatkan tidak bisa menghilangkan keraguan dengan keyakinannya.

Hingga akhirnya Maxi menempuh pendidikan pascasarjana untuk memperdalam teologinya di Manila. Dia pun kembali mempertanyakan tentang Ketuhanan kepada profesornya di Filipina.

Maxi pun mendapat jawaban yang memuaskan karena selama ini ajaran yang didapatkan di Indonesia ada kekeliruan. Seperti Isa merupakan Nabi atau utusan Allah, dibenarkan oleh profesornya di Filipina.

"Profesor saya mengatakan bahwa ucapan itu benar. Jadi ucapan saya yang memberikan penjelasan bahwa Isa itu memang bukan sama dengan Allah, dia hanyalah sebagai yang diutus oleh Allah," jelas pria yang memiliki nama mualaf Abu Bakar ini dalam youtube Mualaf Center Aya Sofya, dikutip Republika.co.id, Sabtu (22/20/2022).     

Sebagaimana sejarah mencatat bahwa bani Israil atau yang kita kenal saat ini adalah bangsa Israil memang sudah sangat jelas dikenal sebagai bangsa yang suka memberontak dan gampang melupakan suatu ajaran sehingga karena itulah mereka melupakan Tuhan yang mereka sembah dalam hal ini adalah Allah SWT. 

Saat mendapatkan studi lanjut di Manila ternyata Abu Bakar tersadar selama ini ada kekeliruan.

"Tapi pada waktu itu saya masih berfikir ya sudah saya jalani dulu. Saya bekerja dulu sebagai pendakwah, saya waktu itu tamat S1 mendapatkan cumlaude, dan nilai IPK saya adalah tiga koma sekian," ujar pria kelahiran Ngawi, 19 Juni 1969 ini.  

Setelah menyelesaikan gelar S2 di Filipina Abu Bakar mulai direkrut oleh organisasi agamanya dan menyebarluaskan ajaran.

Bak artis, kedatangannya selalu disambut dengan riuh dan tangis. Pernah suatu ketika beliau berkhutbah di Jayapura yang penduduknya dikenal sebagai orang keras, dalam artian karena statusnya para pejabat yang biasa membawa banyak uang dan banyak ibu-ibunya saling memamerkan perhiasan atau segala macam.

Tetapi waktu beliau berkhutbah di tengah-tengah mereka, membuat mereka menangis dan menanggalkan semua kekayaannya.

“Saya bikin itu tidak ada artinya perhiasan itu yang ada di tangan kalian. Jadi saya menjadi salah satu misionaris yang memang bisa dikatakan laris, selalu dipanggil kemana-mana. Dan memang saya sendiri merasa bahwa ada kharisma. Jadi misonaris itu jika punya kharisma akan lebih mudah dicintai umatnya," ujar dia.

Puncaknya setelah banyak pengalaman. Allah SWT kembali datang dengan hidayah memberikan banyak petunjuk dan jalan keluar, tetapi saat itu kondisinya dia masih lebih condong ke dunia.

“Dan saya berpikir, saya sudah cukup tahu ilmu itu tetapi untuk mengambil suatu keputusan masih harus menunggu dulu. Saat itu saya masih berfikir, nanti dulu, saya bekerja dulu, dan itu membuat saya semakin terlena dalam pekerjaan itu," jelas dia.

Singkatnya waktu itu, organisasi memutuskan untuk ditugaskan di Papua. Selama di Papua beliau menjalankan tugas di Kabupaten Biak Numfor dan Jayapura.

“Waktu itu saya ditugaskan dengan misionari penerbangan aviation yang ada di Jayapura menjadi co-pilot. Membawa pesawat kecil untuk memasuki pedalaman dan mengantarkan berbagai macam obatan, makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya,” kata dia.

Baca juga: Mualaf Sujiman, Pembenci Adzan dan Muslim yang Diperlihatkan Alam Kematian 

Kelebihan dari misi organisasinya adalah memiliki aviation yang sebenarnya juga harus diimbangin oleh umat Islam karena untuk dakwah di daerah-daerah terpencil sangat sulit jika hanya mengandalkan kendaraan darat. Terlebih lagi jika menjangkau lokasi yang berada diatas gunung.

Abu Bakar sudah cukup lama ditugaskan di Biak Numfor, Jayapura, Manokwari, dan bahkan sampai ke Timika. Dia merupakan misionaris yang sangat dikenal hingga seluruh Papua sudah pasti kenal dengan nama pendeta Maxi Deeng.

Hidayah semakin kuat

Allah SWT akan memilih hamba-Nya yang mendapat hidayah. Hidayah pun datang dari jalan yang berbeda, salah satunya melalui mimpi.

“Salah satu yang pasti Allah sayang kepada saya adalah ketika diberikan mimpi," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement