Sabtu 22 Oct 2022 09:57 WIB

Jokowi Ingatkan Jangan Sampai Pemilu 2024 Ganggu Stabilitas Ekonomi dan Keamanan

Presiden mengaku banyak negara yang menjadi pasien IMF karena kondisi global.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agus raharjo
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kedua kanan) dan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (kanan) menghadiri acara puncak HUT ke-58 Partai Golkar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/10/2022). Perayaan HUT ke-58 Partai Golkar tahun 2022 ini mengusung tema Golkar Menang Rakyat Sejahtera.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kedua kanan) dan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (kanan) menghadiri acara puncak HUT ke-58 Partai Golkar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/10/2022). Perayaan HUT ke-58 Partai Golkar tahun 2022 ini mengusung tema Golkar Menang Rakyat Sejahtera.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya stabilitas politik dan keamanan bagi sebuah negara. Ia tak ingin, perhelatan politik Pemilu 2024 justru mengganggu stabilitas ekonomi dan keamanan.

“Ya saat ini yang namanya stabilitas politik itu sangat penting bagi sebuah negara. Stabilitas keamanan penting bagi sebuah negara. Jangan sampai perhelatan politik nanti di 2024 mengganggu stabilitas ekonomi, stabilitas keamanan,” jelas Jokowi kepada wartawan usai menghadiri HUT Partai Golkar di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, dikutip pada Sabtu (22/10/2022).

Baca Juga

Apalagi, kata Jokowi, di tengah kondisi global saat ini yang tidak pasti dan sulit dikalkulasi. Dalam pidato sambutannya, Jokowi juga menekankan bahwa stabilitas politik dan keamanan sangatlah penting dalam pembangunan sebuah negara.

Jokowi kemudian kembali menyampaikan, bahwa situasi dunia saat ini sangat sulit dikalkulasi. Bahkan, situasi pada tahun depan akan semakin lebih sulit serta diprediksi semakin gelap.

Saat inipun, kata Presiden, sudah banyak negara yang menjadi pasien International Monetary Fund (IMF) karena kondisi global yang sulit ini. “Saya kira bapak ibu juga sudah tahu bahwa sekarang yang sudah masuk pasien IMF itu ada 14 negara, sudah masuk jadi pasien dan 28 negara lagi sudah ngantre di depan pintunya IMF. Diperkirakan akan muncul angka nanti 66 negara,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement