Sabtu 22 Oct 2022 12:53 WIB

Pesan Menag di Hari Santri: Jaga Martabat Kemanusiaan

Menag mengajak para santri untuk istiqamah pada jalan perjuangannya.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. Pesan Menag di Hari Santri: Jaga Martabat Kemanusiaan
Foto: Kemenag
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. Pesan Menag di Hari Santri: Jaga Martabat Kemanusiaan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 2015, 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri. Peringatan Hari Santri ini lalu digelar di seantero negeri, tidak hanya pesantren tapi juga beragam lapisan masyarakat di Indonesia.

Memimpin upacara Hari Santri di halaman kantor pusat Kementerian Agama (Kemenag) Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengajak para santri untuk istiqamah pada jalan perjuangannya, membela agama dan bangsa, serta menjaga martabat kemanusiaan. Yaqut juga mengajak para santri dan masyarakat Indonesia untuk terus mendoakan para pahlawan bangsa, termasuk kiai dan ulama, yang telah syahid dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemaslahatan Indonesia.

Baca Juga

"Doakan bangsa dan ulama, jaga martabat kemanusiaan," kata Yaqut selaku inspektur Upacara Peringatan Hari Santri di Jakarta, Sabtu (22/10/2022).

Upacara Hari Santri ini diikuti pejabat Eselon I dan II, serta para pejabat fungsional dan pegawai Kemenag. Berbeda dari biasanya, Yaqut beserta seluruh peserta upacara mengenakan kain sarung dipadukan peci hitam. Upacara ini juga diikuti ribuan santri dan ASN Kemenag dari berbagai daerah di Indonesia secara streaming.

"Melalui momen upacara peringatan Hari Santri tahun 2022 ini, mari kita bersama-sama mendoakan para pahlawan terutama dari kalangan ulama, kiai, santri yang telah syahid di medan perang demi kemaslahatan bangsa dan agama. Semoga arwah para pahlawan bangsa ditempatkan yang terbaik di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin," ujar Menag.

Dijelaskan Yaqut, peringatan Hari Santri 2022 mengangkat tema "Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan." Tema ini memberi pesan bahwa santri dalam kesejarahannya selalu terlibat aktif dalam setiap fase perjalanan Indonesia. Ketika Indonesia memanggil, santri tidak pernah mengatakan tidak. Santri dengan berbagai latar belakangnya siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara.

Yaqut mengatakan, ketika Indonesia masih dijajah, para santri turun ke medan laga, berperang melawan penjajah. Ada banyak catatan sejarah yang menggambarkan kiprah para santri berperang melawan penjajah. Menggunakan senjata bambu runcing yang terlebih dahulu didoakan Kiai Subchi Parakan Temanggung misalnya, mereka tidak gentar melawan musuh.

Di Surabaya, Resolusi Jihad yang digelorakan Kiai Hasyim Asy'ari membakar semangat pemuda Indonesia melawan Belanda. Di Semarang, ketika pecah pertempuran lima hari, para santri juga turut berada di garda depan perjuangan.

"Di tempat lainnya sama. Santri selalu terlibat aktif dalam peperangan melawan penjajah," jelas Yaqut.

Dia menceritakan, pada masa ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka, santri juga tidak absen. Disebutkan, KH Wahid Hasyim ayah KH Abdurrahman Wahid adalah salah satu santri yang terlibat secara aktif dalam pemerintahan di awal-awal kemerdekaan. Dia bersama santri-santri, dan tokoh-tokoh agama lainnya turut memperjuangkan kemaslahatan umat agama-agama di Indonesia.

Pascakemerdekaan Indonesia, santri juga lebih semangat lagi memenuhi panggilan Ibu Pertiwi. Mereka tidak asyik dengan dirinya sendiri, tetapi terlibat secara aktif di dunia perpolitikan, pendidikan, sosial, ekonomi dan ilmu pengetahuan, selain juga agama.

"Catatan sejarah ini menunjukkan santri dengan segala kemampuannya bisa menjadi apa saja. Sehingga mengasosiasikan santri hanya dengan bidang ilmu keagamaan saja tidaklah tepat. Santri sekarang telah merambah ke berbagai bidang profesi, memiliki keahlian bermacam-macam, bahkan mereka menjadi pemimpin negara,” jelas Yaqut.

Meski bisa menjadi apa saja, dia minta santri tidak melupakan tugas utamanya, yaitu menjaga agama. Santri selalu mengedepankan nilai-nilai agama dalam setiap perilakunya. Bagi santri, agama adalah mata air yang selalu mengalirkan inspirasi-inspirasi untuk menjaga dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.

"Menjaga martabat kemanusiaan atau hifdzunnafs adalah salah satu tujuan diturunkannya agama di muka bumi (maqashid al-syariah). Tidak ada satu pun agama yang menyuruh pemeluknya untuk melakukan tindakan yang merusak harkat dan martabat manusia. Sebagai insan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama, santri selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan," katanya.

Dia mengatakan, santri senantiasa berprinsip bahwa menjaga martabat kemanusiaan adalah esensi ajaran agama. Apalagi di tengah kehidupan Indonesia yang sangat majemuk. Bagi santri, menjaga martabat kemanusiaan juga berarti menjaga Indonesia.

Yaqut menegaskan, peringatan Hari Santri bukanlah milik santri semata. Hari santri adalah milik semua komponen bangsa yang mencintai Tanah Air, milik mereka yang memiliki keteguhan dalam menjunjung nilai-nilai kebangsaan.

“Karena itu, saya mengajak semua masyarakat Indonesia, apapun latar belakangnya, untuk turut serta ikut merayakan Hari Santri. Merayakan dengan cara napak tilas perjuangan santri menjaga martabat kemanusiaan untuk Indonesia," ujarnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement