REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ulama Iran desak penegak hukum tindak lebih keras pengunjuk rasa demokrasi. Dalam khutbah sholat Jumat (21/10/2022) media setempat melaporkan Ahmad Khatami juga mengatakan siapa pun yang berpikir penguasa Iran dapat jatuh hanya bermimpi.
Iran diguncang unjuk rasa demokrasi setelah Mahsa Amini yang berusia 22 tahun tewas dalam tahanan polisi. "Penegak hukum harus berhadapan dengan perusuh yang mengkhianati bangsa dan menyiram air ke kincir angin musuh, dengan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi yang ingin membuat kerusuhan," kata ulama garis keras itu.
"Mereka memberitahu anak-anak yang tertipu jika mereka berada di jalan selama berminggu-minggu rezim akan jatuh. Hanya mimpi! Penegak hukum harus menghadapi perusuh dengan cara mereka tidak lagi terinspirasi melakukan kerusuhan," katanya.
Iran menyalahkan "preman" yang berhubungan dengan "musuh asing" atas gejolak ini. Gelombang unjuk rasa telah menjadi tantangan terberat pemerintahan ulama Iran sejak revolusi 1979.
Pengunjuk rasa ingin menjatuh rezim saat ini walaupun protes tampaknya tidak dapat menggulingkan sistem. Saat demonstrasi terus bergejolak di beberapa kota situs aktivis 1500tasvir mengunggah video yang memperlihat protes di pusat Kota Isfahan.
Video itu menunjukkan pengunjuk rasa menyalahkan api di jalan Kota Mahabad pada Kamis (20/10/2022) malam. Video itu terlambat karena menurut para aktivis, pemerintah Iran membatasi jaringan internet.