Sabtu 22 Oct 2022 19:12 WIB

Road to G20, Indonesia Siap Menuju Industri Healthcare yang Terintegrasi

Bio Farma adalah salah satu dari lima pengekspor utama vaksin

Rep: m nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury berpidato sebelum penandatanganan kerja sama antara Kementerian BUMN dan Canadian Commercial Cooperation (CCC) di sela acara State-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa (18/10/2022). Kementerian BUMN dan CCC akan bekerjasama dalam bidang ketahanan pangan serta produk dan jasa pertanian.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury berpidato sebelum penandatanganan kerja sama antara Kementerian BUMN dan Canadian Commercial Cooperation (CCC) di sela acara State-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa (18/10/2022). Kementerian BUMN dan CCC akan bekerjasama dalam bidang ketahanan pangan serta produk dan jasa pertanian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanganan wabah penyakit dipandang perlu ditangani industri healthcare yang teringeritas dari hulu ke hilir. Sebab, hal ini menjadi kunci setiap negara untuk melewati menghadapi pandemi, termasuk Indonesia.

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury dalam diskusi panel dengan Tajuk “Healthcare Transformation and Developing Global Cooperation in Health”, pada rangkaian Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20 State Owned Enterprise (SOE) Internasional Confrence: Driving Sustainable & Inclusive di Bali Nusa Dua Convention Center, mengatakan, dunia hingga saat ini masih terkotak-kotakan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Baca Juga

Sebab, setiap negara mencari jalan keluar masing-masing."Kita dulu pernah merasakan sulitnya mendapatkan masker, APD hingga vaksin," ucap Pahala dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (22/10/2022).

Lewat SOE Internasional Confrence, kata Pahala, menjadi bentuk penegasan komitmen BUMN Indonesia dalam mendukung dan menerapkan transisi energi serta menjalankan prinsip keberlangsungan energi untuk masa depan. Serta menjadi bagian dari upaya menstabilkan perekonomian.

”Maka dari itu, kita perlu melibatkan pembicara internasional, mulai dari praktisi, akademisi, konsultan, perwakilan pemerintah, dan lembaga multilateral. Sebab, Digitalisasi, Transisi Energi, Inklusi Keuangan, dan Transformasi Kesehatan akan menjadi elemen penghubung antar negara,” lanjut Pahala.

Dalam talkshow yang dihadiri Director South and SouthEast Asia  M Hari Manon, Senior Lead Investigator for Community Health University of Oxford, Anuraj H Shankar dan Neil Robinson, Sr. Division Chair Education, Mayo Clinical Collage of Madicine and Science tersebut, Pahala menegaskan, salah satu hal dari pandemi yang telah dipelajari adalah pentingnya membangun ekosistem Layanan Kesehatan yang lebih kuat di Indonesia.

”Indonesia, walaupun sekarang sudah kita kembangkan misalnya, Bio Farma adalah salah satu dari lima pengekspor utama vaksin dan itu sebenarnya terjadi bahkan sebelum pandemi,” ujar Pahala.

Meski demikian, ketika pandemi melanda, Indonesia harus saling bergantung dengan negara lain. Dengan begitu, keselamatan pasien secara global bisa teratasi.

”Jadi saya pikir salah satu hal utama yang sebenarnya kita pelajari dari pandemi adalah bagaimana sebenarnya Indonesia dapat mengembangkan Kemandirian Kesehatannya dan kemudian menularkannya ke negara lain,” ucap Pahala.

Pahala tidak memungkiri, saat ini di Indonesia misalnya, kita masih mengimpor sekitar 95 persen bahan aktif produk farmasi. Begitu pun sekitar 70 persen peralatan medis, juga masih diimpor dari negara lain.

”Sekitar dua juta orang dengan sekitar enam setengah miliar dolar sebenarnya dikeluarkan oleh Indonesia. Tapi sebaliknya, mereka tidak mendapatkan tingkat layanan kesehatan yang tepat di Indonesia,” ujarnya.

Pahala menilai hal ini menjadi tantangan bersama dan ajang SOE International Conference bisa menjadi jembatan penyelaras antarnegara dalam pengembangan transformasi kesehatan.

Menurut Pahala, perlu ada regulasi bersama penanganan pandemi. Dan itu, adalah hal yang penting agar bisa menyelesaikan persoalan yang terjadi di berbagai negara yang diliputi pandemi, contoh ketika kekurangan dokter dan spesialis di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Hal yang tidak kalah penting, kombinasi digitalisasi dan teknologi harus ditujukan untuk pasien. Salah satu contohnya adalah aplikasi Peduli Lindungi. Aplikasi tersebut, selaian untuk meningkatkan manfaat bagi pasien, juga bagi pemerintah dengan program Universal Coverage (BPJS).

”Dengan kata lain, BUMN kesehatan memiliki healthcare ecosystem dari produksi, distribusi, dan layanan,” kata Pahala.

Senada dengan yang disampaikan Pahala, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menyampaikan bahwa Bio Farma bersama Holding BUMN Farmasi saat ini telah memainkan peran sebagai agent of development. "Bagaimana BUMN Farmasi Indonesia bisa mengembangkan, memproduksi dan meningkatkan produk serta layanan yang terintegrasi menuju Ekosistem Layanan Kesehatan di Indonesia," kata Honesti.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement