REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum santri selalu mewarnai dinamika pendirian dan pembangunan bangsa Indonesia. Mulai dari mengangkat senjata, menjadi cendekiawan, mendidik santri, menekuni dunia profesi, hingga menjadi entrepreneur. Keberadaan santri memiliki akar yang kuat dalam perjalanan bangsa ini.
Penulis Api Sejarah, Ahmad Mansur Suryanegara, mengisahkan peran santri menjelang dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Begitu banyak cerita sejarah mengenai kaum santri yang berjuang mewujudkan kemer dekaan Indonesia. Salah satunya seperti yang terjadi pada Februari 1944 di Tasikmalaya. Saat itu, para petani Muslim melakukan gerakan protes sosial yang dimulai oleh Pimpinan Pesantren Cimerah, Sukamanah, Tasikmalaya, KH Zainal Moestofa.
Kiai Zainal menginisiasi gerakan protes sosial petani bukan untuk meminta kembali padi yang sudah dirampas oleh tentara Jepang, melainkan untuk melakukan gerakan perlawanan politik sekaligus menyadarkan para san tri dan petani bahwa tidak mungkin terjadi perampasan padi bila tidak ada penjajahan.Kiai Zainal sudah meniatkan gerakannya untuk menuntut kemerdekaan Indonesia kala itu.
Pada akhirnya, kaum santri yang dipimpin Kiai Zainal ditangkap. Jepang menjatuhi hukuman mati kepada Kiai Zainal dan 21 pimpin an pesantren lainnya. Namun, tekad Kiai Zainal untuk menuntut Indonesia merdeka menyebar ke daerah-daerah lain.
Masih banyak lagi kisah heroik kaum santri. Mereka mengorbankan nyawa demi untuk memerdekakan bangsa, yang kini hasil nya dirasakan ratusan juta orang.
Nilai yang melekat pada santri
KH Hasyim Asy'ari dalam kitabnya, Adabul 'Alim wal Muta'allim, menjelaskan nilai-nilai apa saja yang harus dipegang oleh kaum santri.Pendiri Nahdlatul Ulama ini berpesan, santri harus membersihkan hatinya dari setiap sesuatu yang mengandung unsur menipu, kotor, dendam, hasud, keyakinan, dan budi pekerti yang tidak baik.
Hal tersebut penting sebagai pemantasan diri untuk menerima ilmu, menghafalkan, meng kaji kedalaman makna, dan memahami makna tersirat. Niatnya juga harus lurus bahwa menimba ilmu hanyalah untuk mencari ridha Allah SWT, mengamalkannya, menghidupkan syariat, menerangi hati, menghiasi batin, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Santri perlu memiliki sifat menjaga diri dari perbuatan yang merusak harga diri dan bersikap hati-hati terhadap setiap hal. Salah satu contohnya ialah memperhatikan betul-betul kehalalan setiap makanan yang disantapnya.Seorang santri juga harus bersikap qanaah atau menerima apa adanya.