Senin 24 Oct 2022 09:04 WIB

Inggris Hadapi Era Penghematan Ketat

Setiap orang di Inggris akan dituntut membayar pajak yang jauh lebih tinggi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Sejumlah orang bersepeda melewati toko-toko yang tutup di Regent Street di London, Inggris (ilustrasi). Inggris menghadapi era penghematan yang lebih ketat daripada saat krisis keuangan 2008 silam. Kondisi tersebut disampaikan oleh mantan Gubernur Bank of England Mervyn King.
Foto: EPA-EFE/NEIL HALL
Sejumlah orang bersepeda melewati toko-toko yang tutup di Regent Street di London, Inggris (ilustrasi). Inggris menghadapi era penghematan yang lebih ketat daripada saat krisis keuangan 2008 silam. Kondisi tersebut disampaikan oleh mantan Gubernur Bank of England Mervyn King.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris menghadapi era penghematan yang lebih ketat daripada saat krisis keuangan 2008 silam. Kondisi tersebut disampaikan oleh mantan Gubernur Bank of England Mervyn King.

Menurut King, setiap orang akan dituntut membayar pajak yang jauh lebih tinggi untuk mendanai pengeluaran publik. Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt telah membatalkan hampir semua pemotongan pajak yang diumumkan oleh pemerintahan Liz Truss.

Baca Juga

"Pemerintah akan mengambil keputusan sulit yang diperlukan untuk memastikan ada kepercayaan dan keyakinan dalam keuangan nasional kita," kata Hunt dilansir BBC, Ahad (23/10/2022).

King mengatakan publik harus mengetahui kesulitan yang dihadapi negara. Untuk mengimbangi belanja publik yang tidak menurun, menurut King, pajak harus naik untuk mengisi kesenjangan yang ada saat ini.

"Yang dibutuhkan adalah pemerintah benar-benar akan memberi tahu dengan jujur ​​bahwa ada penurunan standar hidup nasional sebagai dampak dukungan atas Ukraina dan menghadapi Rusia," kata King.

Setelah krisis keuangan 2007-2008, ketika sektor perbankan hampir runtuh, pemerintah memutuskan untuk memangkas pengeluaran publik. Pemotongan tersebut menjadi yang paling tajam sejak akhir Perang Dunia Kedua.

Menurut King, kebijakan serupa akan sangat sulit diterapkan saat ini, kecuali pemerintah harus menaikkan pajak lebih tinggi. Di sisi lain, kondisi ini juga masih menjadi tantangan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Tahu gak? kalau ada program resmi yang bisa bantu modal usaha.

1 of 8
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.

(QS. Ali 'Imran ayat 118)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement