REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Menteri Pertahanan Rumania Vasile Dincu mengundurkan diri dari posisinya, Senin (24/10/2022). Keputusan itu dia ambil setelah menuai kritik karena menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk Ukraina untuk mengakhiri perang adalah dengan duduk bernegosiasi bersama Rusia.
"Pagi ini saya mengajukan pengunduran diri saya dari posisi Menteri Pertahanan Nasional kepada Perdana Menteri Rumania, Nicolae Ciuca," kata Dincu lewat laman resmi Facebook-nya, dilaporkan laman Radio Free Europe.
Dincu menjelaskan, keputusannya mengundurkan diri sebagai menteri pertahanan diambil karena dia tidak mungkin bekerja sama lagi dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis selaku panglima tentara. "Saya pikir penarikan saya dari jabatan ini diperlukan agar tidak merugikan keputusan dan program yang membutuhkan rantai komando yang cair serta tidak memblokir serangkaian proyek yang mutlak diperlukan untuk kementerian dan tentara," ucapnya.
Awal bulan ini, Dincu mengatakan, negosiasi, dengan bantuan sekutu internasional, adalah satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian langgeng antara Ukraina dan Rusia. Komentar itu segera memicu teguran Klaus Iohannis dan para pemimpin koalisi pemerintahan yang berkuasa, termasuk Nicolae Ciuca.
Menurut Iohannis, karena warga Ukraina membayar perang dengan darahnya sendiri, hanya mereka yang bisa mengatakan kapan dan apa yang bisa dinegosiasikan. Dia pun menekankan bahwa itu adalah posisi Rumania sebagai anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa.
Akhir pekan lalu Rusia menuding Uni Eropa enggan menemukan solusi damai untuk konflik di Ukraina. Sebaliknya, perhimpunan Benua Biru justru “menanamkan” permusuhan yang berkepanjangan di negara tersebut. “Kami melihat bahwa Uni Eropa tidak menunjukkan kesediaan untuk menyelesaikan konflik secara damai. Sebaliknya, mereka terus, tanpa berpikir, menginvestasikan dana cukup besar dalam permusuhan yang sedang berlangsunG (di Ukraina),” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, Sabtu (22/10/2022), dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.
Terkait hal itu, Zakharova menyoroti keputusan Uni Eropa memberi dana bantuan tambahan sebesar 500 juta euro untuk memasok persenjataan ke Ukraina. "Bahkan, Uni Eropa akan melatih dan melengkapi para militan Ukraina dengan senjata mematikan yang akan terus menumpas penduduk sipil dan memusnahkan infrastruktur penting. Apakah Uni Eropa siap untuk berbagi tanggung jawab atas kejahatan ini?" ucapnya.
Konflik Rusia-Ukraina telah berlangsung selama delapan bulan. Hingga kini kedua negara belum menunjukkan iktikad untuk melakukan perundingan dan mencapai resolusi konflik. Awal bulan ini Moskow menegaskan, mereka tidak menolak perundingan dengan Ukraina. Namun Moskow menilai, Barat yang menyokong Kiev tidak menghendaki adanya perdamaian.