REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak konsultan Prof Sudung O Pardede mengatakan orang tua dapat mencari alternatif obat selain obat sirup untuk sementara waktu selagi menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait penyebab gagal ginjal akut progresif atipikal. Ia juga mengingatkan bahwa belum tentu semua obat sirup mengandung zat yang diduga menyebabkan gangguan ginjal akut sehingga orang tua diminta untuk tidak panik.
Bagi orang tua yang sudah telanjur memberikan obat sirup pada anak yang masuk dalam daftar yang ditarik peredarannya oleh pemerintah, Prof Sudung meminta orang tua agar memantau kondisi anak terlebih dahulu. Hal yang paling utama ialah memastikan jumlah urine yang diproduksi.
"Ada satu hal yang mudah bagi kita, anak-anak setelah mengonsumsi obat tersebut ada atau tidak gangguan berkemih, artinya jumlah air kemihnya berkurang," ujarnya.
Apabila anak mengalami gangguan seperti itu dan orang tua curiga, tidak ada salahnya diperiksakan ke dokter sehingga dapat ditindaklanjuti. Pemeriksaan akan dilakukan berupa pemeriksaan darah melalui laboratorium.
"Ada zat kreatinin atau ureum di dalam darah diperiksa, ini saja sudah bisa mengetahui ada penurunan fungsi ginjal atau tidak," jelas Prof Sudung dalam bincang virtual di Jakarta, Senin (24/10/2022)..
Andaikan ada peningkatan kadar kreatinin pada anak, maka itu pertanda penurunan fungsi ginjal. Sebaliknya, jika kadarnya normal, maka orang tua tidak perlu khawatir.
"Kalau kita menghadapi suatu hal yang tidak lazim, tentu muncul keresahan, tetapi yang penting kita tidak usah panik, kita makin panik, makin tidak bisa berpikir dengan jernih," kata dokter dari Divisi Nefrologi dari RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu
Prof Sudung mengatakan para tenaga kesehatan tentu akan melakukan yang terbaik untuk penanganan anak-anak dengan gangguan ginjal tersebut. Selain itu, pemerintah juga sudah mengambil kebijakan terkait penarikan obat sirup yang bertujuan untuk mencegah agar tidak muncul lagi kasus-kasus baru.
"Pengobatannya sudah dilakukan di berbagai rumah sakit. Pemerintah sudah menunjuk berbagai rumah sakit menangani hal tersebut," kata Prof Sudung.
Efektivitas fomipezole
Terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, obat fomepizole memberikan dampak positif bagi penderita gagal ginjal akut. Dari 10 pasien yang telah diberikan obat fomipezole, tujuh di antaranya telah membaik.
Menurut Menkes, setelah para pasien tersebut diberikan fomipezole, gangguan sulit untuk buang air kecil pun mulai teratasi. Mereka kemudian sedikit demi sedikit bisa mengeluarkan urine.
Selain itu, Menkes juga menyebut bahwa obat ini memiliki efikasi paling tinggi berdasarkan riset dari para ahli farmakologi Indonesia.
"Regimennya diberikannya standarnya sesudah diberikan itu ada empat kali pemberian selanjutnya, jadi dia dalam bentuk vial… Nah satu anak diberikan satu bertahap satu di awal kemudian empat kali pemberian sesudahnya," kata Menkes Budi usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (24/10/2022).