REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ingin memanfaatkan momentum Presidensi G20 untuk bisa berperan lebih aktif di sektor riset dan inovasi. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menjelaskan, riset dan inovasi secara alami membutuhkan kolaborasi dan kerja sama, tidak hanya multipihak tetapi juga multinegara.
"Kita ingin memanfaatkan momentum Presidensi G20, agar bisa berperan lebih aktif di sektor riset dan inovasi. Riset dan inovasi secara alami membutuhkan kolaborasi dan kerja sama, tidak hanya multi pihak tapi juga multi negara," ujar Handoko dikutip dari laman resmi BRIN, Senin (24/10/2022).
Lebih lanjut Handoko mengatakan, BRIN ingin memanfaatkan momentum itu juga untuk menaikkan posisi Indonesia sebagai mitra potensial kolaborasi untuk riset dan inovasi ke depan bagi negara-negara utama di G20. Di mana hal itu sesuai dengan tema pada rangkaian acara, yaitu \"Digital Blue and Green Economy".
"Jadi kita ingin lebih menjual posisi Indonesia, sebagai negara yang besar dengan populasi yang besar. Kemudian, biodiversitas yang sedemikian besar nomor satu jika digabung dengan laut, dan nomor dua jika hanya daratan bioderversitasnya,” ujar Handoko.
Dia mengutarakan, hal itu menjadi modal besar untuk bisa menjadi pusat kolaborasi riset dan inovasi. Apalagi, kata dia, setelah terbentuknya BRIN pihaknya sudah banyak melansir dan sudah menetapkan semua skema sistem pendukung yang komplet.
"Tentunya ekosistem riset dan inovasi kita, ada mobilitas periset di Deputi Sumber Daya Manusia Iptek. Kemudian, ada berbagai jenis skema riset di Deputi Fasilita Riset dan Inovasi,” tutur dia.
Handoko menambahkan, BRIN punya infrastruktur mulai dari armada kapal riset, satelit, armada pesawat, pesawat monitoring, reaktor nuklir, dan lain sebagainya. Semua dalam satu manajemen, sehingga BRIN sekarang mengaturnya lebih mudah dan lebih efisien.
“Sekarang kita bisa kembalikan itu, untuk menjadi modal awal bagi seluruh komunitas periset negara kita. Membuka dan meningkatkan kerja sama, serta kolaborasi riset, dengan berbagai negara khususnya anggota G20,” kata Handoko.
Deputi Fasilitas Riset dan Inovasi BRIN, Agus Hayono, selaku Chair G20 Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG) menjelaskan tentang RIIG. Dari kegiatan itu, akan dibahas tentang topik-topik yang disepakati di negara-negara G20 untuk memanfaatkan biodiversitas di dunia secara berkelanjutan.
“Pada RIIG pertama bulan April 2022 yang lalu, kita telah membahas tentang kesehatan, energi, pangan dan climate changes. Pada pertemuan kedua, kita membahas tentang mekanisme kerja sama dalam pemanfaatan biodiversitas di dunia ini. Baik terkait dengan pendanaannya, skema penggunaan fasilitas bersama, maupun kolaborasi antar negara-negara G20,\" kata dia.
Menjelang pertemuan ketiga 28 Oktober 2022, kata Agus, pihaknya akan membahas \"Ministerial Decision\", berupa deklarasi tingkat menteri-menteri. “Indonesia akan diwakili oleh Kepala BRIN, untuk mendeklarasikan riset dan inovasi. Khususnya dalam pemanfaatan bioviersitas dunia, secara berkelanjutan,” tambah Agus.
Direktur Eksekutif Indonesian Space Agency (INASA), Erna Sri Adinigsih, mengutarakan, INASA ditugaskan secara efektif pada April 2022. Terdapat tim yang membantu BRIN untuk melaksanakan amanat UU No 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. \"Khususnya yang terkait dengan keterlibatan Indonesia, pada kegiatan keantariksaan internasional,” ungkap dia.
Erna menjabarkan, di dalam keantariksaan kolaborasi itu penting, baik itu bilateral maupun multilateral. Hal itu tidak bisa dicapai secara single nation, atau single state. “Jadi kolaborasi itu menjadi hal yang memang diperlukan. Penyelenggaraan keantariksaan, sebagai salah satu amanat yang diberikan kepada INASA,” kata dia.