Selasa 25 Oct 2022 08:17 WIB

Tiga Tahun Jokowi-Maruf, Pupuk Indonesia Genjot Transformasi Bisnis

Transformasi terutama dalam bisnis komersial khususnya penyediaan pupuk nonsubsidi

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Sejumlah pekerja membongkar pupuk nonsubsidi, (ilustrasi). PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil melakukan transformasi bisnis untuk memperkuat daya saingnya sebagai produsen pupuk di Tanah Air.
Foto: Antara/Basri Marzuki
Sejumlah pekerja membongkar pupuk nonsubsidi, (ilustrasi). PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil melakukan transformasi bisnis untuk memperkuat daya saingnya sebagai produsen pupuk di Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki tiga tahun masa pemerintahaan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin, PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil melakukan transformasi bisnis untuk memperkuat daya saingnya sebagai produsen pupuk di Tanah Air.  

Sejumlah transformasi bisnis itu terutama dilakukan dalam bisnis komersial khususnya penyediaan pupuk non-subsidi sekaligus pendampingan intensif petani agar tak ketergantungan pada produk subsidi.

Baca Juga

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman, mengatakan, Program Makmur yang dicetuskan Menteri BUMN Erick Thohir, menjadi salah satu langkah yang terbukti meningkatkan pendapatan petani. Sebab, petani mendapatkan pendampingan secara intensif dari budidaa hingga pascapanen.

Adapun Pupuk Indonesia fokus pada pendampingan petani dalam menggunakan pupuk non-subsidi secara berimbang.

"Program ini mengintegrasikan budidaya pertanian dari hulu hingga hilir. Mulai dari penyedia agro input seperti benih, pupuk, dan pestisida lalu akses permodalan, jasa asuransi, bimbingan pemerintah daerah, pemanfaatan teknologi pertanian, hingga pembelian hasil panen (offtaker)," katanya secara tertulis kepada Republika, Senin (24/10/2022).

Lebih lanjut, untuk menjaga kontinuitas produksi, Pupuk Indonesia mengapresiasi peran pemerintah, khususnya dalam memberikan akses terhadap bahan baku, baik gas bumi maupun Fosfat (Rock Phosphate dan DAP) serta Kalium (KCl).

 

Bakir mengatakanm melalui upaya pemerintah itu perseroan setidaknya telah mengamankan pasokan bahan baku pupuk untuk kebutuhan produksi tahun 2022 hingga 2023. “Kami berusaha semaksimal mungkin, apapun yang terjadi kami bersama-sama untuk menyiapkan pupuk sebanyak-banyaknya sesuai harapan Pak Menteri BUMN,” jelas Bakir.

 

Tak sampai disitu, Bakir mengatakan, Pupuk Indonesia mulai 2022 kembali memperkuat lini bisnis pupuk nonsubsidi dengan mulai membangun jaringan ritel kios yang disiapkan khusus memasok produk pupuk nonsubsidi dari Pupuk Indonesia. Perseroan menargetkan mulai tahun 2023 setidaknya akan ada 1.000 Kios Pe-I baru yang berdiri.

Ia mengatakan, langkah perseroan diawali dengan mempermudah jangkauan petani terhadap produk pupuk komersial dari Pupuk Indonesia. Menurutnya, perubahan arah bisnis perseroan itu juga telah diminta oleh Menteri BUMN Erick Thohir agar Pupuk Indonesia tidak hanya mengandalkan bisnis dari penyediaan produk subsidi.

Sejauh ini, rata-rata produksi pupuk oleh Pupuk Indonesia sekitar 14 juta per tahun. Khusus untuk tahun ini, produksi pupuk bersubsidi sebanyak 9 juta ton sesuai dengan kemampuan anggaran pemerintah. Adapun kebutuhan pupuk subsidi bagi petani, kata Bakir, mencapai sekitar 16 juta per tahun.

"Kita akan kedepankan program komersial karena itu memudahkan petani (mendapatkan pupuk) karena kita sadari anggaran subsidi pupuk terbatas. Kita harus penuhi kekurangannya dengan pupuk komersial," kata Bakir.

Lebih lanjut, Bakir menyatakan, harga dari pupuk komersial yang dipasarkan melalui Kios Pe-I akan bersaing dengan prouk impor. Ia pun memastikan kualitas produk Pupuk Indonesia tidak lebih buruk dari pupuk luar negeri karena produk mengikuti SNI.

Bakir menegaskan, sejak transformasi dijalankan oleh Kementerian BUMN mulai 2020, program transformasi bisnis Pupuk Indonesia turut berkontribusi terhadap pencapaian laba perusahaan BUMN.

Kementerian BUMN sebelumnya juga telah menyatakan, laba perusahaan BUMN secara konsolidasi meningkat signifikan dari Rp 13 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 125 triliun pada tahun 2021.

"Kinerja Pupuk Indonesia sendiri mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini didukung oleh peningkatan efisiensi di berbagai bidang, serta meningkatnya penjualan ke sektor komersil, khususnya untuk penjualan produk non pupuk seperti amoniak, asam sulfat, dan lain-lain," ujar Bakir.

 

Melalui program transformasi bisnis, ia menuturkan, Pupuk Indonesia telah bertransformasi dari sebelumnya strategic holding kini menjadi activist holding. Transformasi tersebut ditandai dengan penguatan sejumlah bidang strategis yang bertujuan untuk menghasilkan value creation, atau nilai tambah bagi holding maupun anak perusahaan.  

 

Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Gusrizal, menambahkan, pengembangan 1.000 kios pupuk komersial ini dilakukan dengan skema kemitraan Dealer Owned Dealer Operated (DODO). Skema itu ditawarkan kepada perorangan maupun badan usaha yang memiliki kelengkapan izin usaha penjualan retail.

 

Kelebihan kios pupuk komersil Pupuk Indonesia dapat memberikan jaminan yang menjadi keuntungan atau nilai tambah untuk para mitra. Jaminan yang dimaksud seperti keaslian produk pupuk, jaminan kualitas produk, dan jaminan ketersediaan pupuk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement