REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Giorgia Meloni adalah perdana menteri perempuan pertama Italia. Hanya saja dia memilih untuk menyebut dirinya sendiri menggunakan bentuk maskulin dari gelar barunya sehingga memicu perdebatan tentang isu-isu pemberdayaan perempuan dan kebenaran politik.
Dalam bahasa Italia, nama dapat mengambil bentuk maskulin atau feminin dan gelar formal Meloni "Presidente del Consiglio" didahului oleh penunjukan maskulin "il", bukan feminin "la". Penggunaan ini tercantum dalam pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh kantornya pada Ahad (23/10/2022). Sebuah surat dari Meloni yang dibacakan di parlemen melakukan hal yang sama pada Senin (24/10/2022).
Sementara pelopor bagi perempuan dalam politik Italia, Meloni mengepalai partai sayap kanan dan tidak dikenal sebagai seorang feminis. Dia menentang kuota perempuan di ruang rapat dan parlemen dengan alasan bahwa perempuan harus naik ke atas melalui prestasi dan menunjuk hanya enam perempuan untuk 24 kabinetnya yang kuat pada 21 Oktober.
Pilihan penyebutan yang pasti dikritik oleh serikat pekerja utama di lembaga penyiaran negara RAI Usigrai serta oleh anggota parlemen kiri-moderat feminis dan mantan ketua Majelis Rendah Deputi Laura Boldrini. Tokoh itu selalu dikenal sebagai "la presidente" dalam peran itu.
Kebijakan gender perusahaan RAI, bentuk feminin harus digunakan kapan pun itu ada. "Karena itu tidak ada rekan kerja yang wajib menggunakan maskulin" untuk merujuk pada Meloni," kata Usigrai dalam sebuah pernyataan.
Boldrini mengaitkan pilihan bahasa perdana menteri dengan nama partainya, Brothers of Italy (FdI). "Perdana menteri perempuan pertama menggunakan nama maskulin ... Apakah menggunakan bentuk feminin terlalu berlebihan untuk pemimpin FdI, sebuah partai yang sudah menghilangkan Sisters dari namanya?" ujar Boldrini mdi Twitter.
Badan bahasa Italia Accademia della Crusca mengatakan, menggunakan feminin untuk posisi yang dipegang oleh perempuan adalah pilihan tata bahasa yang benar. Namun, presiden lembaga tersebut Claudio Marazzini kepada kantor berita Italia Adnkronos mengatakan, siapa pun yang lebih suka menggunakan bentuk maskulin tradisional, karena alasan ideologis atau generasi, memiliki hak untuk melakukannya.