REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemimpin, pakar pembangunan dan CEO perusahaan-perusahaan besar Jerman berkumpul di Berlin dalam pertemuan "Marshall Plan" untuk membangun kembali Ukraina usai invasi Rusia. Perang tersebut sudah memasuki bulan kesembilan.
Pertemuan yang dipimpin Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Komisi Eropa tidak melibatkan janji konkret pembangunan kembali Ukraina yang membutuhkan dana sebesar 750 miliar dolar AS. Tugas dari kegiatan ini serupa dengan Marshall Plan, program Amerika Serikat (AS) membantu Eropa bangkit kembali usai Perang Dunia II.
Invasi yang dimulai Presiden Rusia Vladimir Putin pada Februari lalu telah menewaskan ribuan orang dan menghancurkan rumah-rumah dan pabrik-pabrik. Rusia menyebut invasi yang Barat sebagai upaya imperialistik merebut wilayah itu sebagai "operasi militer khusus."
"Bentuk rekonstruksi akan membentuk negara seperti apa Ukraina nantinya," kata Scholz dan Komisi Eropa di surat kabar Frankfurter Allgemeine, Selasa (25/10/2022).
"Apakan negara hukum dengan institusi yang kuat? Perekonomian yang modern dan gesit? Demokrasi hidup milik Eropa? Sementara orang harus berhati-hati dengan perbandingan sejarah, ini tidak kurang dari Marshall Plan abad ke-21," tambah mereka.
Dalam sebuah forum bisnis, Scholz mengatakan Jerman ingin suatu hari Ukraina menjadi anggota Uni Eropa. Fakta yang perlu dipertimbangkan para donor ketika menghadapi biaya rekonstruksi yang akan sangat besar.
"Perang Putin menyatukan negara-negara kami," katanya di forum itu.