Rabu 26 Oct 2022 06:30 WIB

Mayoritas Penderita Covid-19 yang Sudah Divaksinasi Alami Rhinorrhoea, Apa Itu?

Rhinorrhoea jadi gejala Covid-19 dominan pada orang yang sudah divaksinasi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pria menyeka ingus (Ilustrasi). Bila seseorang mengalami hidung beringus saat kasus Covid-19 sedang tinggi, gejala tersebut kemungkinan besar memang dipicu oleh infeksi SARS-CoV-2.
Foto: flickr
Pria menyeka ingus (Ilustrasi). Bila seseorang mengalami hidung beringus saat kasus Covid-19 sedang tinggi, gejala tersebut kemungkinan besar memang dipicu oleh infeksi SARS-CoV-2.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar pasien Covid-19 yang sudah menerima dua dosis vaksin mengalami gejala rhinorrhoea. Meski Begitu, rhinorrhoea juga bisa dipicu oleh beberapa penyakit lain.

Rhinorrhoea dikenal pula sebagai hidung beringus. Kondisi ini ditandai dengan keluarnya lendir yang encer dari lubang hidung.

Baca Juga

Menurut Zoe Covid Study App, rhinorrhoea merupakan gejala Covid-19 yang paling sering ditemukan pada pasien yang sudah vaksinasi lengkap. Gejala ini ditemukan pada 83 persen pasien Covid-19 yang sudah divaksinasi.

Namun, gejala rhinorrhoea juga cukup umum ditemukan dalam kasus pilek dan flu. Oleh karena itu, cukup sulit untuk membedakan gejala rhinorrhoea akibat Covid-19 dengan flu atau pilek.

"Akan tetapi, kemungkinan Anda mengalami hidung beringus akibat Covid-19 dipengaruhi oleh seberapa umum (Covid-19) beredar saat itu," jelas tim Zoe, seperti dilansir Express, Selasa (25/10/2022).

Bila seseorang mengalami hidung beringus saat kasus Covid-19 sedang tinggi, gejala tersebut kemungkinan besar memang dipicu oleh infeksi SARS-CoV-2. Sebaliknya, saat kasus Covid-19 sedang rendah, gejala hidung beringus yang muncul mungkin dipicu oleh masalah lain seperti pilek atau flu.

Selain hidung beringus, pasien Covid-19 yang sudah divaksinasi lengkap juga kerap mengeluhkan beberapa gejala lain. Gejala lain yang cukup sering dialami oleh kelompok ini adalah nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, batuk persisten, dan sakit kepala.

Tren gejala ini tampak cukup berbeda bila dibandingkan dengan tren yang muncul di masa-masa awal pandemi. Gejala seperti anosmia, sesak napas, dan demam yang dulu kerap mendominasi kini menjadi lebih jarang ditemukan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement