Selasa 25 Oct 2022 23:51 WIB

Mahfud MD Sebut Forum MPR Negara OKI Penting untuk Hadapi Krisis

Forum MPR negara OKI berkumpul di Bandung.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Hafil
Ketua MPR Bambang Soesatyo (tengah), bersama para pimpinan MPR dan para delegasi berkunjung ke Museum Asia Afrika usai saat pembukaan Konferensi Internasional pimpinan Majelis Permusyawaratan, Dewan Syuro Negara-Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Selasa (25/10/2022). Kegiatan tersebut digelar dari tanggal 24 hingga 26 Oktober 2022 di Gedung Merdeka dan Hotel Pullman, Kota Bandung. Topik yang akan dibahas adalah masalah perdamaian dunia, krisis dan perubahan iklim global.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Ketua MPR Bambang Soesatyo (tengah), bersama para pimpinan MPR dan para delegasi berkunjung ke Museum Asia Afrika usai saat pembukaan Konferensi Internasional pimpinan Majelis Permusyawaratan, Dewan Syuro Negara-Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Selasa (25/10/2022). Kegiatan tersebut digelar dari tanggal 24 hingga 26 Oktober 2022 di Gedung Merdeka dan Hotel Pullman, Kota Bandung. Topik yang akan dibahas adalah masalah perdamaian dunia, krisis dan perubahan iklim global.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Sebanyak 15 negara mengikuti konferensi Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Majelis Syura Dunia di Gedung Merdeka Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, pada Selasa, (25/10/2022).

Ke-15 negara yang hadir di antaranya Kerajaan Arab Saudi, Kerajaan Maroko, Mesir Pakistan, Palestina, Malaysia, Aljazair, Mozambik, Yaman, Turki, Iran, Irak, Yordania.

Baca Juga

Para delegasi dari sejumlah negara tersebut melakukan jalan kaki historical walk dari Hotel Savoy Homann ke Gedung Merdeka, layaknya pada delegasi Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 silam.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD yang mewakili Presiden Jokowi membuka acara konferensi tersebut, setiap persoalan di suatu negara dapat berkembang ke negara lain. Oleh karena itu, perlu penguatan kerja sama yang melibatkan semua unsur termasuk parlemen.

Mahfud mengatakan, ia melihat peran penting Majelis Permusyawaratan sebagai lembaga penting pemerintah dalam memperkuat upaya menghadapi semua krisis harus dilakukan secara efektif dan efisien.

"Harapan Pemerintah Indonesia pada pertemuan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dewan Syura dunia ini akan dapat menjadi wadah yang bersifat positif dengan pendekatan yang sinergis dan inklusif dalam mencari solusi atas berbagai tantangan Global yang kita hadapi bersama," ujar Mahfud.

Mahfud berharap, pembahasan dalam pertemuan parlemen ini dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang bermanfaat untuk kemajuan bangsa dan negara yang terwadahi pada forum ini juga untuk dunia.

Pada konferensi yang berlangsung selama 3 hari dari 24-26 Oktober 2022 ini, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengajukan gagasan pembentukan Forum Consultative Assembly atau Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia.

Menurut Bamsoet, kehadiran forum tersebut bukan untuk menafikan  organisasi dan forum yang sudah ada, justru untuk mendukung dan menguatkan. Selama ini, forum yang sudah ada di antaranya OKI dan Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC).

Perlu diketahui, OKI dan PUIC telah meletakan dasar-dasar yang sangat kuat dalam mengatasi berbagai persoalan global, utamanya yang dihadapi oleh negara-negara Islam. Harapannya, dengan adanya forum ini maka akan semakin banyak saluran komunikasi yang mendukung peranan tersebut.

"Kehadiran forum ini untuk menguatkan kerjasama dalam mengatasi berbagai krisis yang dihadapi umat manusia dan memaksimalkan potensi tanpa mengenyampingkan keberadaan organisasi atau parlemen yang sudah lama eksis. Bahkan untuk menjadi Mitra yang saling menguatkan," papar Bamsoet.

Pembentukan forum ini, kata dia, akan memberikan keuntungan tersendiri karena akan lebih fleksibel juga akan lebih lincah dalam menguatkan kebersamaan dan memberikan alternatif solusi di tengah-tengah dinamika global yang sedang bergejolak.

Bamsoet berharap, melalui konvensi ini akan terjadi pertukaran pikiran dan gagasan yang menguatkan forum ini. Di Bandung, dulu dideklarasikan dan lahir Dasa Sila Bandung melalui Konferensi Asia Afrika yang telah mengguncang dunia.

"Kita guncangkan kembali pada hari hari," katanya.

Selain itu, Bamsoet juga berharap penyelenggaraan konferensi internasional Forum Consultative Assembly ini juga dapat menjadi tonggak sejarah yang memiliki arti penting dalam penciptaan tatanan kehidupan global yang lebih demokratis, harmonis, dan berkeadaban.

"Melalui forum ini mari kita mengatasi masalah bersama, membangun jembatan dialog hingga menemukan jalan keluar dari berbagai persoalan yang kita hadapi melalui komitmen bersama," katanya.

Sedangkan menurut Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, ia mengucapkan syukur dan bangga karena Kota Bandung dijadikan lagi tempat bersejarah level dunia. Di Gedung Merdeka ini lahir sebuah gagasan baru yang diusulkan MPR RI untuk membentuk forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia.

"MPR di masing-masing negara adalah para penasehat presiden, raja, dan perdana menteri. Jadi jika penjahatnya telah sepakat maka dunia ini juga akan lebih baik dan damai," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.

Emil juga berterimakasih telah dipilih untuk mengatur para delegasi yang akan ke Gedung Merdeka dengan cara historical walk. Ini dilakukan sama persis dengan para kepala negara dalam Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.

"Dulu, para kepala negara dari Hotel Savoy Homann berjalan ke Gedung Merdeka selama 10 menit. Nah, saat ini dilakukan oleh mereka para delegasi. Setidaknya mereka bisa merasakan aura kebersamaan saat dulu kepala negara mereka pun melakukan hal ini," paparnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement