REPUBLIKA.CO.ID, WARSAW -- Polandia pertimbangkan membangun penghalang di perbatasannya dengan eksklave Rusia Kaliningrad. Warsawa mencurigai Moskow berencana untuk membantu para migran Afrika dan Asia menyeberang dalam pekan mendatang.
"Kami harus memperkuat pasukan kami di bagian perbatasan ini dan juga mempertimbangkan membangun benteng perbatasan yang serupa dengan yang sekarang kami miliki di bagian Polandia-Belarusia," kata Sekretaris Jenderal Partai Law and Justice yang berkuasa Krzysztof Sobolewski mengatakan kepada penyiar publik Polskie Radio 1.
Sobolewski mengatakan, Polandia sedang mempertimbangkan untuk membangun penghalang di perbatasan dengan Kaliningrad Rusia. Pembatas ini serupa dengan yang dibangun di perbatasan Belarusia. Polandia membangun penghalang baja setinggi 5,5 meter, dilengkapi dengan sensor gerak dan kamera, membentang sekitar 187 km di perbatasan Belarusia.
Media Rusia telah melaporkan bahwa Kaliningrad telah membuka penerbangan dari Timur Tengah dan Asia dalam upaya untuk menarik lebih banyak maskapai penerbangan dan wisatawan. Polandia sebelumnya mengatakan penjaga perbatasan telah menerima dana untuk membangun penghalang elektronik sensor dan kamera di perbatasan Kaliningrad.
Juru bicara Penjaga Perbatasan Polandia mengatakan kepada kantor berita pemerintah PAP pada Selasa (25/10/2022), mereka akan memilih sebuah perusahaan untuk membangun penghalang elektronik pada akhir November. Sistem itu akan dibangun selama tiga kuartal pertama tahun depan sepanjang sekitar dua ratus kilometer di perbatasan.
Sobolewski mengatakan, lebih banyak migran dari Kaliningrad dapat mencoba menyeberang ke Polandia dalam beberapa pekan mendatang. Sobolewski juga mengatakan ada tanda-tanda kelompok migran yang lebih besar muncul di perbatasan Belarusia. Sejak 24 Februari, menurut Penjaga Perbatasan Polandia, 7,26 juta orang Ukraina telah memasuki Polandia.
Juru bicara Istana Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Rusia tidak akan mengganggu keputusan apa pun mengenai penghalang. "Sejarah membuktikan kebodohan keputusan untuk membangun tembok setiap saat, karena selama bertahun-tahun atau puluhan tahun, semua tembok runtuh," katanya.
Polandia menuduh Rusia dan sekutunya Belarusia menggunakan migran sebagai bagian dari kampanye perang hibrida untuk mengacaukan Eropa. Dengan ketegangan yang semakin tinggi akibat perang di Ukraina, Polandia khawatir akan terulangnya krisis 2021 ketika ribuan migran Afrika dan Timur Tengah mencoba melintasi perbatasan Belarusia.
Saat itu, Belarusia membantah merekayasa situasi dengan menerbangkan orang-orang yang ingin memasuki Uni Eropa. Sebaliknya, Minsk menyalahkan Warsawa dan Brussel atas krisis kemanusiaan yang menyebabkan kematian beberapa migran di hutan di sepanjang perbatasan.