Rabu 26 Oct 2022 09:42 WIB

Sebanyak 29 Ribu Lebih Imigran Meninggal dalam Perjalanan Menuju Eropa  

Banyak rute mematikan menelan korban jiwa imigran yang bermigrasi ke Eropa

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Pengungsi dan imigran berdatangan ke Eropa lewat laut di Pulau Lesbos, Yunani (ilustrasi). Banyak rute mematikan menelan korban jiwa imigran yang bermigrasi ke Eropa
Foto: Reuters
Pengungsi dan imigran berdatangan ke Eropa lewat laut di Pulau Lesbos, Yunani (ilustrasi). Banyak rute mematikan menelan korban jiwa imigran yang bermigrasi ke Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA–Organisasi Internasional untuk Imigrasi, Missing Migrants Project menyebut ada lebih dari 29 ribu orang meninggal dalam perjalanan migrasi ke Eropa sejak 2019. Bahkan tercatat juga, 5.000 orang tewas dalam dua tahun terakhir menurut organisasi tersebut.

Missing Migrants Project memperingatkan peningkatan jumlah kematian yang terlihat di rute melintasi Mediterania, di perbatasan darat ke Eropa dan di dalam benua. 

Baca Juga

Menurut laporannya, rute migrasi paling mematikan terus menjadi Mediterania Tengah, di mana 2.836 migran dan pengungsi telah meninggal sejak Januari 2021 ketika mencoba mencapai Italia atau Malta dengan menyeberang terutama dari Libya dan Tunisia.

Dilansir dari Arab News, Selasa (25/10/2022), laporan itu juga menyebut rute paling mematikan kedua adalah rute Atlantik dari Afrika Barat ke Kepulauan Canary Spanyol. Hal ini karena ada lebih dari 1.500 kematian tercatat sejak 2021.

Tetapi para peneliti mengakui bahwa jumlah kematian itu bisa lebih besar mengingat sulitnya mengumpulkan dan mengkonfirmasi informasi tentang bangkai kapal yang tak terlihat atau kapal yang hilang di laut tanpa saksi. 

Meningkatnya jumlah kematian juga diamati di daerah lain yang berbatasan dengan Eropa, serta di Yunani, Balkan Barat dan Selat Inggris, menurut laporan itu.

"Banyak dari kematian dapat dicegah dengan bantuan yang cepat dan efektif kepada para migran yang dalam kesulitan,” kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan.

Organisasi itu juga merilis statistik tentang kematian yang terkait dengan apa yang disebut pushback, atau pengusiran paksa, oleh otoritas Eropa. Mereka menghitung 252 kematian berdasarkan laporan dari para penyintas.

Baca juga: Pengakuan Mengharukan di Balik Islamnya Sang Diva Tere di Usia Dewasa

Pengusiran adalah melanggar hukum menurut hukum internasional dan Uni Eropa karena melanggar hak untuk mencari suaka dan prinsip yang melarang kembalinya siapa pun ke tempat di mana mereka akan menghadapi risiko penganiayaan, penyiksaan, atau ancaman nyata terhadap kehidupan.

Laporan itu mengatakan 97 kematian terkait pushback didokumentasikan di Mediterania Tengah, 70 di Mediterania Timur, 58 di perbatasan darat Turki-Yunani, 23 di Mediterania Barat dan 4 di perbatasan Belarus-Polandia.

“Kasus-kasus seperti itu hampir tidak mungkin untuk diverifikasi secara penuh karena kurangnya transparansi, kurangnya akses, dan sifat yang sangat politis dari peristiwa semacam itu, dan karena itu angka-angka ini kemungkinan merupakan perkiraan yang terlalu rendah dari jumlah kematian yang sebenarnya,” kata laporan itu.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement